Mahasiswa Kesehatan Harus Bisa Memulasara Jenazah

Mahasiswa Kesehatan Harus Bisa Memulasara Jenazah

PEMULASARAAN JENAZAH. Para mahasiswa dan calon perawat di STIKes Mahardika saat dilatih pemulasaraan jenazah.--

KESAMBI - Meskipun mempelajari teori-teori kesehatan, mulai dari perawatan hingga penyembuhan, mahasiswa yang berkuliah di kampus-kampus kesehatan juga harus bisa mengurus jenazah sebelum dikebumikan, jika terjadi kasus kematian.

Maka dari itu, para mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika diberikan pelatihan, serta praktik langsung pemulasaran jenazah, karena itu menjadi nilai lebih yang harus dimiliki lulusannya, yang mana kemampuan itu akan sangat dibutuhkan kedepan.

Pelatihan pemulasaraan jenazah diberikan langsung oleh dosen keagamaan di kampus setempat. Sebagai dosen keagamaan, Drs H Jaelani, M Pd I menyampaikan bahwa memulasara jenazah menjadi salahsatu hal yang bersifat wajib bagi manusia yang masih hidup, terhadap yang meninggal.

Pada praktiknya, pemulasaraan jenazah cukup membutuhkan proses panjang, mulai dari memandikan jenazah sesuai dengaj syariat agama, menyiapkan kain kafan sampai membungkusnya sesuai dengan ketentuan, baik dari jumlah helai kafan yang harus dipakaikan ataupun dari tata cara mengikatnya.

BACA JUGA:IAIN Cirebon Tuan Rumah Rakor Bidang Kemahasiswaan PTKIN se-Indonesia

"Sampai dengan membersihkan kotoran-kotoran yang ada di kuku, termasuk membersihkan jalan keluarnya kotoran di depan maupun di belakang, mahasiswa kesehatan harus tahu," ungkap Jaelani.

Paling tidak, lanjut dia, setelah mengetahui dan memahami, mereka bisa menerapkan kemampuan pemulasaraan jenazah ini kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya yang membutuhkan.

"Minimalnya tahu dan paham, syukur bisa mengaplikasikan. Teknis pengkafanan juga harus tahu bagaimana cara memotong kain yang benar, dan bagaimana cara mengkafanan yang benar," jelas Jaelani.

Tak hanya memulasara, ditambahkan Jaelani, mahasiswa kesehatan juga harus paham tatacara mensolatkan jenazah, baik menjadi ma'mum atau menjadi imam.

BACA JUGA:Bergelar Guru Besar, Begini Peluang Prof. Kartimi pada Pilrek IAIN Cirebon

Ia pun berharap, kedepan para lulusan di STIKes Mahardika mumpuni di bidang kesehatan, juga mampu untuk memulasara jenazah, sejak menyiapkan kain kapan, dan perlengkapan untuk pengkapanan, sampai dengan memandikan jenazah secara detail.

"Mahasiswa disini harus sudah siap ketika ditugaskan, terutama ketika menjadi imam salat jenazah ini," kata Jaelani.

Sementara itu, instruktur pelatihan pemulasaraan jenazah, Hj Haritsah menambahkan, satu hal yang penting dalam pemulasaraan adalah menjaga etika, seperti jika seorang pemulasara menemukan kelainan pada tubuh jenazah yang diurus, atau keadaan yang tidak indah dipandang, maka semua harus ditutupi dan harus dirahasiakan.

"Itu penting, menjaga nama baik jenazah, sehingga jika ada kejanggalan di tubuh mayat, etika itu harus kita rahasiakan," kata dia. (sep)

Sumber: