Tiga Nama Mencuat Jadi Kandidat Ketum PBNU: Nasaruddin, Nusron, atau Zulfa
SEBUT. Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli menyebut Nasaruddin, Nusron, atau Zulfa mencuat menjadi kandidat Ketum PBNU. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID –Kandidat Ketua Umum PBNU, mulai banyak dibicarakan menjelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-35. Dinamika di kalangan warga Nahdliyin mulai menghangat.
Para kiai, santri, dan pengurus di berbagai tingkatan tengah melakukan penjajakan terhadap sosok-sosok yang dinilai layak memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.
Setidaknya ada tiga nama mulai banyak dibicarakan. Ketiganya, Prof Dr KH Nasaruddin Umar, KH Zulfa Mustofa, dan Gus Nusron Wahid. Masing-masing memiliki keunggulan dan karakter kepemimpinan yang berbeda, mencerminkan ragam kebutuhan dan arah masa depan NU.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli Lc MA, menilai ketiganya merupakan kader terbaik NU dengan latar belakang dan jaringan yang kuat di bidang masing-masing.
“Pilihan warga Nahdliyin nanti akan sangat ditentukan oleh arah yang diinginkan: apakah sosok politisi murni, intelektual politisi, atau intelektual kultural,” ujarnya, Rabu (12/11).
KH Nasaruddin Umar saat ini menjabat sebagai Menteri Agama RI sejak 2024, setelah sebelumnya menjadi Wakil Menteri Agama periode 2011–2014. Ia dikenal memiliki jaringan luas hingga ke daerah melalui struktur Kementerian Agama.
Jejaring tersebut dinilai menjadi modal sosial yang besar, terutama karena banyak pejabat di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang juga beririsan dengan struktur PWNU dan PCNU.
Dukungan terhadap Nasaruddin disebut-sebut juga datang dari kalangan elite politik, termasuk kabar mengenai dukungan Presiden Prabowo Subianto yang beredar di tingkat pusat.
Namun, Imam Jazuli menilai Nasaruddin bukan politisi murni, melainkan intelektual yang didukung oleh politisi.
Sementara itu, Gus Nusron Wahid dianggap mewakili figur politisi murni dengan basis kultural kuat di kalangan warga Nahdliyin. Mantan Ketua Umum GP Ansor ini dikenal piawai mengelola organisasi dan konsolidasi massa di berbagai forum NU.
Selain aktif di Partai Golkar, Nusron juga memiliki jaringan luas di daerah, termasuk melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang kini ia pimpin. Kolaborasi antara jaringan kultural NU dan jaringan birokrasi menjadi kekuatan tersendiri bagi dirinya.
“Satu kata untuk Nusron, muda dan berprestasi,” ujar Imam Jazuli.
Adapun KH Zulfa Mustofa dinilai sebagai sosok intelektual kultural yang kuat dalam menjaga tradisi dan khazanah keilmuan klasik (turots) NU. Ia disebut memiliki kedekatan dengan para ulama pesantren dan dukungan dari pengurus struktural PBNU saat ini.
Zulfa juga dikenal memiliki hubungan baik dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dalam beberapa kesempatan, ia tampil di berbagai kegiatan yang digelar bersama kalangan pesantren dan organisasi sayap PKB.
“Kalau warga NU menginginkan figur yang sepenuhnya kultural, Kiai Zulfa adalah pilihan ideal,” tutur Imam Jazuli.
Dengan munculnya tiga nama tersebut, peta persaingan menuju Muktamar NU ke-35 diperkirakan akan semakin dinamis. Masing-masing tokoh membawa gaya kepemimpinan dan visi yang berbeda.
“Pada akhirnya, semuanya tergantung pada apa yang paling dibutuhkan warga Nahdliyin: politisi murni seperti Nusron Wahid, intelektual politisi seperti Nasaruddin Umar, atau intelektual murni seperti Zulfa Mustofa,” pungkasnya. (zen)
Sumber: