Masjid Berusia 145 Tahun Dihajar Banjir Bandang, Kondisinya Kini Menggantung Diatas Sungai Cipager

Masjid Berusia 145 Tahun Dihajar Banjir Bandang, Kondisinya Kini Menggantung Diatas Sungai Cipager

POTRET MASJID. Masjid Mahar Syisidik yang berada di Blok Wanantara, Desa Kubang menggantung setelah tergerus Sungai Cipager. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--

CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.IDMasjid Mahar Syisidik yang berada di Blok Wanantara, Desa Kubang, Kecamatan Talun kondisinya kritis. Dihantam arus Sungai Cipager. Bronjong pelindung hingga pondasi masjid tergerus banjir bandang Januari 2025 lalu.

Dari bagian depan, bangunan masih tampak utuh. Namun di sisi belakang masjid, kini menggantung di tepi jurang. Tanah penyangga ambles hingga 12 meter dan kerusakan menyebar sepanjang 40 meter.

Padahal, masjid ini bukan sekadar tempat ibadah. Sejarahnya panjang dalam perjalanan Islam di wilayah tersebut. Pasalnya sudah berdiri sejak tahun 1880. Artinya bangunan berusia satu setengah abad itu dalam kondisi mengkhawatirkan.

BACA JUGA:BIJB Kertajati Masih Bergantung pada Penerbangan Haji dan Umrah

Kepala Desa Kubang, Wawan Karyawan, mengakui setiap waktu salat menjadi saat paling mencemaskan. “Saya takut saat warga salat, bangunan tiba-tiba longsor dan menimbulkan korban,” ujarnya, Selasa (18/11).

Sejak Februari 2025, pemerintah desa telah berkali-kali mengajukan permintaan penanganan darurat kepada Dinas PUTR Kabupaten Cirebon, PUTR Provinsi Jawa Barat, hingga BBWS. Namun hampir sembilan bulan berlalu, tak satu pun instansi memberikan tindak lanjut.

“Kami sudah berusaha maksimal, tetapi tidak ada respons,” tegas Wawan.

Masjid Mahar Syisidik menjadi pusat kegiatan ibadah bagi tiga pondok pesantren di sekitarnya. Sebanyak 270 santri tetap menjalankan salat berjamaah setiap hari di masjid yang kini berada hanya beberapa langkah dari tebing tergerus.

“Mereka tidak punya pilihan lain,” kata Muhammad, Sekretaris DKM.

Ia menambahkan, masjid dulu berdiri sekitar 10 meter dari bantaran. Namun erosi yang terus terjadi setiap kali banjir membuat tanah perlahan hilang hingga bangunan kini berada tepat di bibir sungai.

Ketua RT 11, Sulaiman, menuturkan bahwa masalah ini bukan hal baru. Kerusakan bronjong dan pengikisan bantaran sudah berlangsung lama, namun penanganan permanen tak kunjung diberikan.

“Banjir itu menghantam sangat keras. Pondasi langsung hilang diterjang arus,” ujarnya.

BACA JUGA:Keterbatasan Penerbangan di Bandara Kertajati Jadi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi Cirebon

Warga menilai, tanpa perbaikan menyeluruh terhadap sistem pengendalian Sungai Cipager, bukan hanya masjid ini, tetapi bangunan tua lain di sepanjang aliran sungai akan terus berada dalam risiko.

Kini masyarakat Desa Kubang hanya bisa berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata. Bukan sekadar menyelamatkan bangunan dari ancaman runtuh, melainkan juga menjaga keselamatan ratusan santri serta melindungi warisan sejarah yang telah bertahan lebih dari satu abad.

Jika dibiarkan, Masjid Mahar Syisidik bukan hanya akan hilang ditelan sungai, tetapi juga menjadi simbol kegagalan dalam merawat peninggalan budaya. (zen)

Sumber: