Nasi Jamblang, Awalnya Makanan Para Pekerja Zaman Belanda Kini Menjadi Makanan yang Digemari Masyarakat

Nasi Jamblang, Awalnya Makanan Para Pekerja Zaman Belanda Kini Menjadi Makanan yang Digemari Masyarakat

Nasi Jamblang / Foto : Pinterest / RAKYATCIREBON.DISWAY.ID -Istimewa-Istimewa

RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Nasi jamblang atau sega jamblang adalah makanan khas dari Cirebon, jawa barat.Nama jamblang sendiri diambil dari sebuah daerah sebelah barat kabupaten Cirebon. 

Ciri khas dari nasi jamblang yaitu dari bungkus nasinya dari daun jati dan ciri khas lainnya yaitu nasinya yang pulen lalu penyajian lauk nya yaitu dengan cara prasmanan yaitu bisa bebas ambil lauk sendiri. 

Biasa nya penjual nasi jamblang berjualan dengan cara mendirikan lapak di pinggir jalan dan juga kita tidak akan sulit menemukanya baik di pusat kota Cirebon maupun di plosok Cirebon.

Biasanya para pembeli ini berasal dari berbagai kalangan baik dari kalangan bos, kalangan pegawai, dan lain – lain. 

Sejarah nasi jamblang sendiri dimulai ketika zaman penjajahan belanda dimana ketika itu sedang di bangun proyek jalan ayer – panarukan.

Dimana jalan itu melewati wilayah kabupaten Cirebon sehingga para pekerja membawa bekal nasi akan tetapi nasi yang dibungkus daun pisang ini sangat cepat basi jadi para pekerja memutar otak dengan membungkus nasi dengan daun jati yang kebetulan banyak tumbuh di daerah tersebut. 

Dan lama kelamaan nasi ini kerap dimakan para pekerja kuli pelabuhan Cirebon dan pekerja pabrik gula yang berada di sekitar Cirebon. 

Dahulu lauk nasi jamblang yang dibawa para pekerja ini hanya lauk seadanya.

Adapun sejarah lengkap yang berhasil di kutip dari disbudparporakabcirebon, blogspot.com sejarah asal usul nasi jamblang dimulai pada tahun 1847 pada masa colonial belanda. 

Ketika itu pemerintah belanda ingin membangun sebuah pabrik gula di wilayah gempol, pabrik gula plumbon, dan pabrik spirtus di palimanan. Dengan di bangun nya pabrik tersebut pasti akan membutuhkan banyak pekerja yang berasal dari kawedanan palimanan dan daerah sekitarnya. 

Banyaknya para pekerja ini seperti gayung bersambut  karena harus membutuhkan banyak pekerja baik buruh harian lepas, buruh tani, buruh pabrik nya itu sendiri terutama pada bagian perbengkelan. 

Para pekerja ini datang dari berbagai wilayah seperti, ciniru, bobos, cisaat, apalagi yang berasal dari daerah sekitar Cirebon seperti kuningan maka mau tidak mau pekerja ini harus berangkat pagi buta sebelum matahari terbit. 

Maka dari itu otomatis para pekerja ini belum sarapan karena ketika itu penjual nasi belum ada karena sebuah pantangan tidak boleh menjual nasi.

Karena orang tua jaman dahulu berfikir lebih baik tidak menyimpan uang dari pada tidak menyimpan beras maka akan berakibat miskin dan sengsara. 

Sumber: