RAKYATCIREBON.ID , UMAT Islam akan memasuki bulan Dzulhijjah pada Jumat (1/7). Sebagai bentuk syukur lantaran dberi panjang umur, maka sudah selayaknya mengisi bulan Dzulhijjah tersebut dengan ibadah yang disarankan.
Seperti diketahui, Dzulhijjah disebut sebagai salah satu bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di dalamnya terdapat kewajiban haji bagi yang mampu menunaikannya.
Sementara orang yang tidak mampu dianjurkan memperbanyak amalan sunah lainnya, seperti sedekah, salat, dan puasa.
Oleh karena itu, kesempatan beribadah tidak hanya diberikan kepada jemaah haji. Siapa pun mendapat kesempatan beramal meski dalam bentuk yang berbeda.
Anjuran memperbanyak amal saleh itu termaktub dalam beberapa hadis. Misalnya hadis riwayat Ibnu ‘Abbas yang ada di dalam Sunan At-Tirmidzi sebagai berikut:
Rasulullah SAW bersabda: Tiada ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti 10 hari ini. (HR At-Tirmidzi).
Hadis tersebut menunjukkan beramal apa pun di 10 hari pertama Dzulhijjah sangat dianjurkan.
Namun kebanyakan ulama menggunakan hadis di atas sebagai dalil anjuran puasa sembilan hari pada awal Dzulhijjah. Hal ini terlihat dalam pembuatan judul bab hadis tersebut.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan: Hadis ini menjadi dalil keutamaan puasa 10 hari di bulan Dzulhijjah, karena puasa termasuk amal saleh. Kendati disebutkan puasa 10 hari dalam hadis tersebut, ini bukan berarti pada tanggal 10 Dzulhijjah juga dianjurkan puasa. Malah puasa pada tanggal itu dilarang karena bertepatan dengan IdulAdha.
Terkait maksud “ayyamul ‘asyr” ini, An-Nawawi sebagaimana dikutip Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan: Yang dimaksud 10 hari di sini ialah 9 hari, terhitung dari tanggal 1 Dzulhijjah.
Berdasarkan pendapat An-Nawawi ini, siapa pun disunahkan untuk beramal sebanyak-banyaknya di bulan Dzulhijjah khususnya puasa 9 hari di awal bulan.
Dalam hadis lain, mereka bertanya kepada Rasul SAW: Apakah jihad juga tidak sebanding dengan beramal pada 10 hari tersebut? Rasul menjawab: Tidak, kecuali ia mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah (mati syahid). (HR Ibnu Majah).
Dengan demikian, Rasul menyetarakan pahala beramal di 10 hari Dzulhijjah dan mati syahid. Karena konteks negara kita bukan peperangan, dalam kondisi aman dan damai, tentu memperbanyak amal di bulan Dzulhijjah, terutama puasa, lebih diprioritaskan. (jpnn/rakcer)