RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Melalui program Pengantaran Beras Bersubsidi (PBB), Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Cirebon memangkas biaya kirim beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP), dari gudang Bulog ke pasar-pasar di Kota Cirebon.
TPID memberikan subsidi, berupa pemangkasan biaya kirim dari gudang ke pasar, yang selama ini dibebankan kepada para pedagang, dengan menyediakan armada pengangkut khusus.
Kepala KPwBI Cirebon, Hestu Wibowo mengungkapkan, Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dipasang untuk beras SPHP sebesar 10.900 ternyata sudah termasuk biaya transport dari gudang ke pasar.
"HET itu ternyata masuk ongkos angkut, masuk dalam komponem harga beras, sehingga untuk menjaga agar harga lebih rendah, kita subsidi ongkos angkut. Kita siapin armada, sehingga beban ongkos angkut kita hapuskan," ungkap Hestu.
Dengan demikian, lanjut Hestu, pedagang di pasar, seharusnya bisa menjual beras SPHP dengan harga di bawah HET, karena ongkos kirim disubsidi.
"Pedagang bisa menjual di bawah HET, kalaupun tetap, menjadi selisih keuntungan dan tidak membebankan," lanjut Hestu.
Untuk tahap pertama setelah program Pengantaran Beras Bersubsidi ini dimulai, dikatakan Hestu, pengantaran dilakukan dari gudang Bulog ke tiga pasar di Kota Cirebon, yakni Pasar Pagi, Pasar Jagasatru dan Pasar Kanoman.
Untuk jadwalnya sendiri, pengantaran dilakukan dua hari dalam seminggu, yakni pada hari Senin dan Selasa.
"Pengantaran baru ke tiga pasar, ini akan kami lakukan sampai akhir 2023. Berharap, pedagang tidak perlu terbebani dengan pengantaran dari gudang Bulog ke pasar," kata Hestu.
Sementara itu, Ketua harian TPID Kota Cirebon, Agus Mulyadi menambahkan, subsidi yang diberikan untuk transportasi pengantaran ini, diharapkan bisa membuat harga bahan pokok untuk komoditas beras lebih stabil. Bahkan, penjualan SPHP bisa dibawah HET.
"Supaya harga di masyarakat bisa lebih stabil, kita lakukan inovasi dengan memberikan subsidi transportasi dari gudang Bulog ke pasar, sehingga kita harapkan harganya stabil," ucap Agus.
Terlebih dengan hasil hitung, bahwa ternyata HET 10.900 per kilogram, sudah masuk biaya transportasi di angka 300-350 rupiah per kilo, Agus mendorong, agar penjualan bisa dibawah HET.
"Subsidi ini menjadi komponen yang bisa mengurangi harusnya, sehingga harga bisa dibawah itu (HET. Red)," kata Agus. (sep)