CIREBON - Cafex Expo, pameran dagang yang digelar di Mesir pada April 2024, berbuah hasil manis. Pasalnya, ada tindak lanjut bisnis dari pameran itu yang melibatkan produsen asal Cirebon.
Ketua Dewan Perdagangan Indonesia - Mesir, H Dede Muharam Lc membenarkan telah terjadi kesepakatan kerja sama antara Mesir dan Indonesia dalam bentuk imbal dagang atau barter.
Mesir punya produk phospat bahan baku pupuk yang dibutuhkan Indonesia. Sebaliknya, Indonesia punya kopi dan briket kelapa yang diminati di Mesir.
Secara prinsipi, produk masing-masing negara bakal dibisniskan melalui sistem barter. Phospat asal Mesir yang diimpor ke Indonesia dibayar pakai kopi dan briket kelapa senilai harga phospat.
Menariknya, salah satu produsen briket kelapa ada yang dari Cirebon dan Ciamis. Sedangkan produsen kopi berasal dari Temanggung dan wilayah Sumatera.
Dijelaskan Dede, kerja sama ini merupakan progres yang positif dan membawa dampak bagi pengusaha Cirebon. Apalagi kerja sama dilakukan di bawah binaan dan pengawasan Kementerian Perdagangan.
"Kerja sama ini digandengkan dengan perusahaan BUMN juga. Mudah-mudahan tidak ada halangan walau perjalananannya masih panjang," kata Dede kepada Rakyat Cirebon, Rabu (15/5/2024).
Dede menambahkan kerja sama dengan sistem barter ini punya banyak nilai plus. Pertama, produsen asal Indonesia dapat harga jual bagus dengan nilai transaksi besar.
Kedua, dari pihak Indonesia tidak mengeluarkan devisa. Lantaran proses impor phospat dibayar pakai komoditas lain bukan dolar.
Ketiga, lanjut Dede, terjadi perluasan pasar produk-produk dalam negeri. Pasalnya, bakal dikembangkan pula potensi kerja sama untuk produk lain.
Pasalnya, phospat yang bakal dikirim ke Indonesia dalam jumlah besar. Sehingga kebutuhan kopi dan briket kepala juga besar dan melibatkan banyak produsen.
"Bisa ribuan ton untuk phospatnya karena diimpor ke Indonesia pasti jumlahnya besar. Nanti harganya yang dikirim kopi dan briket kelapanya seharga itu," jelasnya.
Dede menargetkan, realisasi kerja sama tersebut dapat terjadi di tahun 2024. Walau prosesnya panjang namun ada dukungan dari Kementerian Perdagangan RI.
"Berharap sebelum habis 2024 kerja sama ini bisa dilaksanakan. Saat ini masih terus dimatangkan dengan berbagai pihak," pungkas Dede. (wan)