CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID -Indonesia tengah mempertimbangkan untuk bergabung dengan kelompok negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
Langkah ini dinilai sebagai keputusan yang tegas dan berani oleh Wijayanto Samirin, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Paramadina.
Menurut Wijayanto, keputusan ini berpotensi meningkatkan profil internasional Indonesia dan memperkuat posisi tawar negara di forum global, termasuk dalam hubungannya dengan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) serta BRICS sendiri.
Wijayanto menegaskan bahwa bergabung dengan BRICS tidak harus diartikan sebagai upaya menjauhkan diri dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Ia mencontohkan beberapa negara anggota BRICS seperti India, Uni Emirat Arab, Brasil, dan Arab Saudi yang tetap memiliki hubungan dekat dengan AS.
Dalam pandangan Wijayanto, keputusan Indonesia seharusnya didasarkan pada pertimbangan pragmatis, bukan politis.
"Mana yang lebih memberikan keuntungan bagi Indonesia, itulah yang akan dipilih," ujarnya.
BRICS dipandang sebagai alternatif terhadap dominasi ekonomi Barat.
Kelompok ini memiliki agenda yang beragam, mulai dari ide dedolarisasi yang diprakarsai oleh Rusia dan China, hingga kerja sama perdagangan dan pembentukan sistem pembayaran alternatif yang diusulkan India.
Wijayanto menyarankan agar Indonesia, jika memutuskan bergabung dengan BRICS, mengambil posisi moderat.
Ia menganjurkan agar Indonesia mendorong kerja sama perdagangan dan pengembangan sistem pembayaran baru yang mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Terlepas dari keputusan akhir, Wijayanto menekankan pentingnya Indonesia untuk segera mengambil sikap.
"Menghabiskan waktu terlalu lama untuk memilih dan memilah akan menghasilkan skenario terburuk bagi Indonesia, yaitu bukan anggota keduanya (OECD dan BRICS)," tegasnya.
Keputusan Indonesia ini akan memiliki implikasi signifikan terhadap posisi negara dalam tatanan ekonomi global yang terus berubah.
Dengan bergabung bersama BRICS, Indonesia berpotensi memainkan peran lebih besar dalam membentuk sistem ekonomi internasional di masa depan.