CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID -Baru-baru ini, muncul pernyataan kontroversial dari seorang tokoh politik yang menganjurkan agar pemuda pengangguran menikahi jkamu kaya.
Tokoh tersebut menggunakan analogi pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah.
Namun, pernyataan ini tidak hanya tidak tepat, tetapi juga bertentangan dengan fakta sejarah.
Konsep "pengangguran" sebagaimana kita kenal saat ini sebenarnya tidak dapat diterapkan pada zaman Nabi Muhammad.
Istilah ini muncul seiring dengan perkembangan karir formal dan birokrasi di era kapitalisme awal abad ke-19.
Pada masa pra-modern, pekerjaan lebih bersifat informal seperti berdagang, bertani, atau beternak.
Jauh dari gambaran seorang pengangguran, Nabi Muhammad telah aktif dalam kegiatan ekonomi sejak usia muda:
1. Di usia 12 tahun, beliau sudah ikut dalam rombongan dagang ke Syam bersama pamannya, Abu Thalib.
2. Beliau juga bekerja sebagai penggembala kambing untuk penduduk Makkah.
Aktivitas-aktivitas ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sangat produktif dan jauh dari kegiatan sia-sia yang umumnya dilakukan para pemuda pada masanya.
Kejujuran dan profesionalitas Nabi Muhammad dalam bekerja membuatnya terkenal di kalangan masyarakat Makkah.
Hal inilah yang menarik perhatian Khadijah, seorang pengusaha sukses, untuk mengajak beliau menjadi partner bisnisnya.
Khadijah memberikan modal dan fasilitas terbaik kepada Nabi Muhammad untuk melakukan perjalanan dagang ke Syam.
Hasilnya, Nabi Muhammad berhasil menggkamukan modal yang diberikan Khadijah.
Berdasarkan fakta sejarah, sangatlah tidak tepat untuk menganalogikan Nabi Muhammad sebagai "pengangguran" yang dinikahi jkamu kaya.
Sebaliknya, beliau adalah sosok pekerja keras dan profesional yang mendapatkan kepercayaan Khadijah karena reputasi baiknya.