Kenapa Susah Berhenti Grinding? Ini Dia Trik Biologis Game Online untuk Memompa Dopamin di Otak Kita

Minggu 12-10-2025,15:38 WIB
Reporter : Farida Alviyani
Editor : Farida Alviyani

RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Jujur, pernahkah Anda merasa waktu berjalan begitu cepat saat farming di tempat yang sama, berulang kali, hanya demi sepotong item langka? Atau, mengapa kita ngotot menyelesaikan misi harian meskipun badan sudah lelah? Jawabannya ada di dalam kepala kita, dikendalikan oleh si "molekul motivasi" bernama Dopamin.

Kita semua tahu bahwa game online itu adiktif. Tapi, pernahkah kita benar-benar berhenti sejenak untuk memikirkan bagaimana mereka bisa membuat kita ketagihan, terutama melalui mekanisme Grinding, tindakan mengulang aktivitas yang sama demi reward?

Ini bukan sekadar kebetulan, melainkan hasil desain psikologis yang cerdas. Para pengembang game telah menguasai seni memanipulasi jalur penghargaan di otak kita, sebuah mekanisme biologis purba yang membuat kita terus bergerak mencari hal yang menyenangkan.

BACA JUGA:Fanatisme & Organisasi Fandom E-Sport di Indonesia: Mengapa RRQ Kingdom & EVOS Fams Begitu Kuat?

1. Dopamin: Bukan Senang, Tapi ‘Janji’ Senang

Kesalahan umum adalah mengira Dopamin itu hormon kebahagiaan. Padahal, Dopamin sejatinya adalah neurotransmiter pendorong atau bahan bakar antisipasi.

Dalam konteks grinding, Dopamin dilepaskan paling kuat bukan saat kita mendapatkan hadiahnya, melainkan saat kita mengantisipasi hadiah itu. Ia berkata, "Ayo lakukan lagi. Hadiahnya sebentar lagi datang!"

Sistem grinding adalah injeksi Dopamin dosis kecil yang terus-menerus. Setiap kali kita mengulang tugas, otak mendapatkan janjijanji kecil yang menguatkan perilaku itu menjadi sebuah kebiasaan kompulsif.

2. Senjata Rahasia: Penghargaan yang Tidak Terduga (Loot Box Effect)

Coba bandingkan: Jika saya memberi Anda uang Rp10.000 setiap jam (penghargaan tetap), Anda akan cepat bosan. Tapi, jika saya bilang Anda akan mendapat Rp10.000, Rp1.000, atau bahkan Rp1.000.000 secara acak (penghargaan variabel), Anda akan terus mencoba.

Inilah yang terjadi dalam game. Ini disebut Skema Rasio Variabel (Variable Ratio Schedule), dan inilah mengapa grinding sangat adiktif.

BACA JUGA:Apakah Game Online Benar-Benar Membunuh Game Offline? Mari Kita Jujur

Kasus Klasik: Grinding dalam MMORPG

Di MMORPG lama (seperti Ragnarok Online atau World of Warcraft), mencari item langka seringkali berarti membunuh monster yang sama ribuan kali.

  • Antisipasi: Setiap kali monster jatuh, kita menahan napas sejenak. "Dapat tidak ya?" Ketidakpastian inilah yang membanjiri Dopamin.
  • Pencapaian Level: Setelah berjam-jam farming XP, notifikasi Level Up yang disertai suara membahana adalah Dopamin hit yang instan dan memuaskan. Ini berfungsi sebagai pembenaran atas waktu yang telah kita korbankan.

Kasus Modern: Manajemen Sumber Daya di Genshin Impact

Genshin Impact mengambil mekanisme ini dan membungkusnya dalam open-world yang indah, namun intinya tetap sama: manajemen Dopamin.

  • Grinding Artifacts (Lotere Stat): Ini adalah contoh sempurna dari penghargaan variabel. Kita menjalankan Domain untuk Artifact Bintang 5. Saat Artifact itu jatuh, itu Dopamin hit pertama. Namun, stat yang didapat sering kali buruk. Kita dipaksa grinding lagi, berharap mendapatkan "Artifact sempurna" yang seolah hampir terjangkau.
  • Batasan Resin (FOMO yang Dipaksakan): Pembatasan energi harian (Resin) dirancang agar pemain merasa wajib login dan menggunakannya. Jika tidak, kita merasa "rugi" karena melewatkan potensi reward harian. Batasan ini menciptakan urgensi yang mendorong Dopamin.

BACA JUGA:Solo vs Mabar: Lebih Seru Main Game Online Sendirian atau Bareng Teman?

3. Dari Motivasi Menjadi Kontrol

Sistem ini menunjukkan bahwa grinding bukan sekadar mekanik game; ini adalah strategi engagement. Para pengembang berusaha keras menjaga Dopamin kita di level optimal—tidak terlalu tinggi (agar kita tidak cepat puas), tapi tidak terlalu rendah (agar kita tidak bosan).

Jika Anda merasa terlalu terikat pada game hingga mengganggu kehidupan nyata, ada kemungkinan game tersebut telah berhasil mengambil alih sistem Dopamin Anda, mengubah kegiatan yang seharusnya menjadi hiburan menjadi kebutuhan neurokimia.

Kesimpulannya, kesadaran tentang bagaimana game ini bekerja adalah langkah pertama untuk mengembalikan kendali. Kita bermain game untuk bersenang-senang, bukan untuk memenuhi janji Dopamin yang tak berkesudahan.(*)

Kategori :