RAKCER.DISWAY, MAJALENGKA - Kiprah perdana atlet kebanggaan Kabupaten Majalengka, Disha Fajar Praharini, di ajang multievent olahraga se-Asia Tenggara, SEA Games, langsung membuahkan hasil yang sangat membanggakan.
Tampil memukau di cabang olahraga (cabor) Paralayang, Disha sukses menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia dari kelas team.
Prestasi cemerlang dari cabor Paralayang ini secara keseluruhan berhasil mengamankan empat medali untuk Indonesia. Medali emas yang diraih Disha di nomor beregu putri merupakan salah satu dari empat capaian gemilang tersebut. Tiga medali lainnya datang dari nomor perorangan (individual) putra dan putri.
BACA JUGA:Merpati Putih Majalengka Pertahankan Gelar Juara Umum Karuhun Padjadjaran
Di kategori perorangan putra, Jafro Megawanto berhasil mengamankan emas, sementara Alvin Pratama meraih medali perak. Keberhasilan Paralayang Indonesia disempurnakan oleh Susana Dwi Cahyanti, yang juga sukses mempersembahkan emas dari nomor perorangan putri.
"Pertandingan cabor Paralayang sudah selesai. Alhamdulillah, dari kelas team, kami bisa mempersembahkan (medali) emas," ungkap Disha dengan penuh rasa syukur melalui aplikasi pesan instan WhatsApp.
Partisipasi dalam gelaran SEA Games Thailand ini menjadi pengalaman kali pertama bagi Disha Fajar Praharini di level internasional. Sebelumnya, Disha sudah mengukir namanya di kancah nasional, khususnya pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut, di mana dia menyumbangkan dua medali untuk kontingen Jawa Barat.
Berkat konsistensinya dalam menorehkan prestasi, terutama setelah sukses di PON pada September 2024 lalu, Disha dipercaya untuk memperkuat tim Merah Putih di SEA Games. Pada kejuaraan bergengsi ini, Disha berkompetisi di dua nomor berbeda.
BACA JUGA:Gadget Unik dan Ramah Lingkungan: Dari Material Kayu, Serat, hingga Daur Ulang Plastik Laut
"Alhamdulillah, saya mendapatkan kepercayaan ini. Saya bermain untuk nomor Female Individual dan juga Team," jelas atlet yang lahir dan besar di Majalengka ini.
Puncak dari kebahagiaan tersebut adalah momen ketika lagu kebangsaan "Indonesia Raya" berkumandang keras di arena pertandingan di Thailand mengiringi pengalungan medali.
"Tentu saja rasanya senang sekali, Alhamdulillah bisa mengumandangkan lagu Indonesia Raya di negara orang," tutur Disha.
Di balik kesuksesan yang diraih, Disha mengakui adanya tantangan besar yang harus dihadapi selama kompetisi di Thailand, terutama terkait perbedaan karakteristik lokasi terbang.
Jika pada umumnya atlet paralayang melakukan lepas landas (take off) dari bukit, para atlet di Thailand harus beradaptasi dengan teknik yang berbeda, yaitu teknik towing. Teknik ini melibatkan lepas landas dengan bantuan mesin penarik, bukan secara alami dari ketinggian bukit.
"Kendala utamanya mungkin karena di sini take off-nya menggunakan teknik towing, ditarik memakai mesin, bukan dari bukit seperti yang biasa kami lakukan. Oleh karena itu, kami harus sedikit banyak melakukan adaptasi," jelasnya.
Selain adaptasi teknis, kondisi cuaca selama pelaksanaan SEA Games juga menjadi faktor signifikan yang menguji fisik dan mental atlet. Angin yang cukup kencang memaksa jadwal penerbangan diatur sangat ketat, dimulai sejak dini hari.
"Karena sehari sebelumnya angin berembus sangat kencang dan kami hanya bisa terbang pada sore hari, maka untuk hari-hari berikutnya hingga hari terakhir kami harus berangkat dari hotel sejak jam setengah enam pagi dan baru kembali pada pukul setengah enam sore. Ini dilakukan sebagai antisipasi kalau-kalau di siang hari anginnya kencang, jadi kami sudah harus siap siaga untuk bertanding sejak pagi-pagi sekali," papar Disha.