RAKYATCIREBON.ID – Tanaman jenis rumput odot berhasil dibudidayakan oleh warga di Desa Cangkingan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu. Bahkan hasil produksinya tidak hanya lokal hingga nasional, tapi mampu menembus pasar mancanegara.
Keberhasilan pemasaran itu tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi digital yang disandingkan dengan koneksi internet. Dan kini pembudidayanya bisa merasakan manfaat hingga makin termotivasi untuk mengembangkannya.
Camat Kedokanbunder, Atang Suwandi menyampaikan, selama ini rumput odot ditanam sebagian masyarakat hanya untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Namun sekarang sudah mulai dibudidayakan oleh masyarakat banyak karena memiliki nilai ekonomis sangat tinggi.
Potensi itu menurutnya telah memotivasi salah satu warga di wilayah kerjanya. Dengan memanfaatkan teknologi digital telah berhasil mengirim rumput odot ke sejumlah daerah lain, termasuk di luar Pulau Jawa. Bahkan secara online dengan menggunakan platform marketplace sudah mampu melakukan ekspor ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
Pemanfaatan teknologi digital itu selaras dengan prestasi Desa Cangkingan yang merupakan Juara 1 Desa terbaik di Kabupaten Indramayu tahun 2021, serta menjadi juara 3 desa terbaik di Jawa Barat ditahun yang sama.
“Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan petani di Desa Cangkingan tersebut. Yang pasti juga, dampak positif dari Desa Digital Cangkingan kini mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” jelas Atang, Senin (27/12).
Sementara itu, rumput odot merupakan salah satu varietas rumput gajah atau disebut Pennisetum Purpureum. Rumput jenis ini digunakan sebagai bahan pakan ternak sapi maupun kambing dengan kandungan protein cukup tinggi.
Tanaman yang mampu tumbuh saat musim kemarau pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah tersebut, merupakan jenis rumput yang memenuhi kriteria sebagai salah satu hijauan. Dan jika dikembangkan maksimal bisa menjadi sumber hijauan yang ketersediaannya bisa kontinyu, berkualitas, dan murah.
Untuk masa panennya, pertama kali bisa dilakukan pada umur 70-80 hari. Sedangkan beberapa ciri yang bisa diamati saat siap panen adalah ketika ruas batang sudah mencapai ukuran 15 sentimeter. Panen selanjutnya bisa dilakukan pada 35-45 hari di musim penghujan, atau 40-50 hari di musim kemarau.
“Semoga hasil budidayanya semakin bisa menjadi pundi-pundi rupiah dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” tandas Atang. (tar)