RAKYATCIREBON.ID - Kasus joki vaksin di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan viral. Seorang warga setempat mengaku kerap menjadi joki vaksin. Sampai-sampai, dia sudah 17 kali divaksin.
Pengakuan itu, setidaknya mencoreng daerah-daerah yang capaian vaksinasinya sudah sesuai dengan harapan. Termasuk Kota Cirebon yang sudah lebih dari 100 persen. Karena ternyata ada kejadian vaksinasi yang menggunakan joki, terlepas dari apa pun modusnya.
Apakah peristiwa yang terjadi di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan itu juga terjadi di daerah lainnya, termasuk Kota Cirebon? Entahlah, belum bisa dipastikan.
Lalu bagaimana tinjauan sisi kesehatan, apakah berdampak pada semakin kuatnya kekebalan tubuh, atau bahkan berefek buruk terhadap tubuh?
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Cirebon dr HM Edial Sanif SpJP FIHA turut mengomentari hal tersebut. Menurut dr Edial, penyuntikan vaksin yang berlebihan, apalagi sampai sebanyak 17 kali kepada tubuh, justru akan memberikan efek samping dan sangat berisiko. Meskipun efeknya tidak dirasakan langsung.
\"Dosis vaksin yang disuntikkan berlebih dapat menyebabkan gangguan dalam tubuh. Bisa berbahaya,\" ungkap dr Edial, Rabu (22/12).
Lebih lanjut, secara sederhana, dr Edial menjelaskan, vaksin itu layaknya sebuah obat. Konsumsi obat harus sesuai dengan kondisi tubuh yang memerlukan obat, juga resep ataupun pantauan dokter.
Oleh karena itu, jika dosisnya diberikan secara berlebihan, maka seperti obat lainnya, akan terjadi yang dinamakan overdosis.
\"Vaksin ini seperti obat. Pasti akan berisiko jika penggunaanya berlebih. Dampaknya, bisa overdosis sampai kematian,\" jelas dr Edial.
Dia menekankan, penggunaan dosis vaksin harus sesuai dengan anjuran dokter. Saat ini, yang dianjurkan adalah dua kali vaksin. Dan baru boleh ditambah dengan vaksin booster. Itu pun harus bedasarkan anjuran dari dokter dan melalui proses screening ketat.
Ditambahkan dr Edial, munculnya kasus joki vaksin yang mengaku sudah 17 kali divaksin, harus menjadi perhatian bersama. Terutama bagi para tenaga medis yang menjadi tenaga vaksinator. Proses screening sebelum penyuntikan harus benar-benar dilakukan secara ketat.
\"Ini (kasus joki vaksin, red) menjadi peringatan untuk tim yang melakukan screening vaksinasi. Jangan sampai terjadi dan terulang lagi. Berarti ini kecolongan,\" kata dr Edial.
Seperti diketahui, Abdul Rahim (49) warga Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan mengaku, selama tiga bulan ini menjadi joki vaksin. Dia membeberkan, sudah disuntik vaksin Covid-19 sebanyak 17 kali dalam rentang waktu tiga bulan itu.
Mulanya, Abdul Rahim menerima tawaran dari kenalannya untuk digantikan divaksin. Setelah berhasil, dia mendapatkan pelanggan selanjutnya dari mulut ke mulut.
\"Kalau menawarkan diri ke orang untuk digantikan vaksin itu pernah. Tapi, ada beberapa juga teman-teman yang langsung meminta,\" jelas Rahim.