RAKYATCIREBON.ID - Pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Kabupaten Cirebon apresiasi upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menjaga kerukunan umat beragama. Salah satunya melaui Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama yang digelar Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Rabu-Jumat (10-12/11/2021).
\"Kegiatan ini dinilai menjadi langkah juara untuk menjadikan Jawa Barat, khususnya di Cirebon sebagai model kerukunan umat beragama,\" ujar H Ali Wahyuno, Wakil Ketua ICMI Orda Kabupaten Cirebon usai kegiatan.
Ali menilai kegiatan ini sangat bagus dan berdampak pada peningkatkan indek kerukunan Beragama di Provinsi Jawa Barat. Dia menyoroti survei untuk kerukunan umat beragama yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan pada Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan (Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat) Kemenag akhir 2020 lalu.
Hasil survei itu menempatkan Jawa Barat berada diatas Sumatera Barat dan Aceh dengan skor 68,5. Ali memandang kerukunan umat beragama di Jawa Barat selama ini sangatlah rukun, soal dinamika itu pasti ada, tinggal bagaimana menghadirkan kebijakan yang solutif.
Berdasarkan survei itu juga menurut Ali, tidak fair, jika ada persepsi hingga narasi mengklaim Jawa Barat tidak toleran hanya karena masyarakatnya menjalankan perintah agamanya.
\"Harus comprehensive donk melihat dinamika kerukunan umat beragama di Jabar. Ada yang jalankan perintah agamanya, kemudian di bilang ke arab-araban. Ini tak fair,\" terang Ali.
Ali menyerukan agar tidak terjebak dengan hal-hal yang remeh temeh karena pengikisan kerukanan itu indikatornya banyak, tidak soal agama saja, bisa jadi faktor ekonomi, politik dan masifnya informasi digital.
Lebih lanjut, Ali mengelaborasi fakta yang mencengangkan bahwa perkembangan teknologi yang serba digital saat ini, selain membawa dampak positif bagi masyarakat, ternyata juga mampu menjadi ancaman serius bagi kerukunan umat beragama di Indonesia.
Hal tersebut terungkap saat Gubernur Bali Made Mangku Pastika membuka secara resmi sekaligus sebagai keynote speaker dalam acara Musyawarah Antar Umat Beragama yang dilaksanakan oleh Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) di Goodway Hotel, Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (14/10/2017).
Ali mengutip pernyataan Pastika, \"Bisa kita lihat di media sosial, bayangkan saja kalau ada oknum yang membuat berita hoax tentang SARA kemudian di-share di medsos yang bisa diakses setiap orang dimanapun dan kapanpun, hal itu bisa memicu berbagai opini yang bisa saja menyebabkan hancurnya kerukunan beragama. Itulah dampak dari perkembangan teknologi tersebut yang wajib kita perhatikan”
Pernyataan Pastika, kata Ali, tidak hanya terjadi di Bali tapi juga di berbagai daerah, tremasuk di Jabar ini, sehingga butuh keseriusan bersama untuk memastikan agar tidak terjadi pengikisan nilai-nilai dari kerukanan itu sendiri.
Dalam hal ini, Ali sangat takjub dan mengucapkan terimakasih kepada Kepala Biro Kesra Bidang Pelayanan dan Pengembangan Sosial Provinsi Jabar, Drs. H. Barnas Adjidin M.M., M.M.Pd yang saat membuka secara resmi Sosialisasi Kerukunan Umat Beragama di Hotel Prima Cirebon, telah menyampaikan literasi keberagaman yang sangat baik.
Ali menelaah ungkapan Kabiro Kesra Jabar bahwa tradisi-tradisi yang berkaitan mampu meningkatkan sikap dan perilaku toleran yang dilandasi pada hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam yang sakral, hubungan manusia dengan manusia yang humanis dengan semboyan silih asih, silih asah dan silih asuh, dan hubungan manusia dengan teknologi yang bernilai guna.
Selain itu, imbau Ali, perlu adanya penguatan faham yang rahmatan lil alamin yang dalam perspektif KH. Abdul Muchith Muzadi kakak KH. Hasyim Muzadi bahwa Islam Rahmatan Lil’alamin merupakan konsep yang komprehensif dan holistik, didalamnya terdapat nilai persaudaraan, perdamaian dan kebijaksanaan yang mudah diterima oleh masyarakat ketika disebarkan oleh para mubalighin (penyebar dan pembawa agama) melalui ustadz, ulama, dan habib di Indonesia.
Lantas bagaimana secara nasionalnya, baik pemuka agama Islam atau Kristen mengaculah kepada pengamalan pancasila, karena kerukan sejati dalam konteks kebangsaan telah tersaji apik di Pancasila.