Kerap Merugi, Juragan di Karangsong Terpaksa Jual Kapal

Senin 08-11-2021,21:00 WIB
Reporter : Iing Casdirin
Editor : Iing Casdirin

RAKYATCIREBON.ID – Tak hanya nasib nelayan, para juragan pemilik kapal di sentra perikanan Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu mengalami masa sulit sejak awal pandemi Covid-19 melanda.

Imbasnya, tidak sedikit juragan yang terpaksa menjual kapalnya karena kerap merugi.

Hal itu disampaikan Sekretaris Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra, Guntur Surya Permana, Sabtu (6/11). Pandemi Covid-19 yang mulai melanda Cina sejak akhir 2019 lalu berdampak pada ekspor ikan dari nelayan Karangsong ke negara tersebut.

Kondisi itu semakin parah karena pandemi Covid-19 melanda ke berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Akibat kondisi itu, pemasaran ikan dari Karangsong ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk ekspor ke Cina, Taiwan, dan India menjadi terhambat. Sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap harga ikan.

“Pendapatan kita turun 40 persen, sudah dua tahun terakhir ini,” jelasnya  didampingi Ketua Gabungan Organisasi Nelayan Nusantara (GONN), Kajidin.

Tak hanya harga, hasil tangkapan ikan di laut juga menurun drastis. Misalnya saja, kapal-kapal yang melaut di perairan Papua biasanya hanya butuh waktu sekitar 4 bulan, tapi akhir-akhir ini mencapai 7 hingga 9 bulan.

Kondisi ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan solar maupun perbekalan para anak buah kapal (ABK). Ditambah lagi, harga solar industri yang digunakan maupun biaya perbekalan mengalami kenaikan.

Sebagai gambaran, lanjut Guntur, kapal berukuran 60 Gross Ton (GT) membutuhkan 32 ton solar untuk melaut. Dengan harga solar sekitar Rp10 ribu per liter, maka biaya solar menjadi membengkak.

“Sedangkan harga solar sudah mendekati harga ikan,” ungkapnya.

Kajidin menyatakan pula, kondisi itu diperparah dengan naiknya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang digulirkan pemerintah beberapa waktu lalu. Kebijakan pemerintah itu telah membuat nasib nelayan yang sudah terpuruk menjadi semakin terpuruk.

Akibatnya, tidak sedikit juragan kapal di kawasan Karangsong yang terpaksa menjual kapal karena tak mampu membiaya besarnya kebutuhan untuk operasional.

“Biasanya di sini banyak yang buat kapal, sekarang jarang, malah (kapalnya, red) dijual,” sebutnya.

Adapun kapal-kapal yang dijual tersebut memiliki bobot bervariasi. Dari yang mulai seharga ratusan juta rupiah, hingga ada yang mencapai Rp3 miliar. Selain itu, banyak pula kapal yang sedang dalam proses pembuatan akhirnya menjadi mangkrak.

“Jadi dalam kondisi pandemi Covid-19, harga ikan turun, pemasaran dan ekspor tersendat, ditambah harga BBM naik, harga perbekalan naik dan PNBP naik, nelayan saat ini sebenarnya menjerit,” paparnya.

Tags :
Kategori :

Terkait