Petani Indramayu Ciptakan Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan

Sabtu 30-10-2021,15:00 WIB
Reporter : Iing Casdirin
Editor : Iing Casdirin

RAKYATCIREBON.ID - Pada Desember 2019, Kelompok Tani (Poktan) Sri Trusmi Satu di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu resmi memiliki laboratorium Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Manfaatnya, untuk pengembangan inovasi, salah satunya menciptakan teknologi pertanian ramah lingkungan.

Sebelummendapat bantuan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina EP Jatibarang Field, para petani yang tergabung dalam Poktan Sri Trusmi Satu sudah melakukan terobosan-terobosan melalui ide dan inovasi dalam mengatasi persoalan pada tanaman padi.

Berbagai produk pengembangan yang dihasilkan hanya mengandalkan laboratorium minimalis dengan segala keterbatasan.

Waklan yang dipercaya menjadi Ketua Poktan Sri Trusmi Satu, sejak tahun 2000 menyulap kamar tidur di rumahnya menjadi tempat penelitian dan pengembangan inovasinya.

Dia terpaksa menggunakan ruang tamu sekaligus ruang keluarga untuk tidur setiap malamnya. \"Prinsip saya, tidur itu memejamkan mata. Karena menurut saya menanggulangi persoalan pertanian sangat penting walaupun harus tidur di ruang tamu,\" kata pria kelahiran desa setempat pada 1977 silam yang menekuni agens hayati mulai tahun 2017 ini.

Laboratorium tersebut terletak di Blok Truwali RT 12/03, Desa Kedokanbunder Wetan. Lokasinya di dekat Stasiun Pengumpul Utama - A (SPU-A) Pertamina EP Jatibarang Filed, Subholding Upstream Regional Jawa.

“Dulu selalu ada kendala, karena setiap praktik itu kan butuh modal. Sedangkan saya cuma buruh serabutan. Kalau ada uang ya bingung mau buat eksplorasi inovasi, tapi tidak ada buat makan keluarga. Kalau praktik juga kan banyak gagalnya, jadi modalnya habis. Tapi saya bertekad harus bisa menanggulangi masalah pertanian, khususnya tanaman padi,” ungkap bapak tiga anak ini.

Adapun produk agens hayati yang telah dikembangkan di antaranya Trishoderma (Bio Fungisida), Verticillium (Bio Insektisida), Paenibacillus Polymyxa (pengendali penyakit), Gliocladium (pengendali penyakit layu), Bacillus sp (pengendali penyakit), Pseudomonas (Bio Pestisida), Beauveria Bassiana (insektisida), dan PGPR (pupuk organik).

Semua produk hasil pengembangannya itu memiliki manfaat besar, juga biaya dalam proses produksinya lebih murah. Ditambah lagi penggunaan produk yang bersifat alami itu, untuk ketahanan tanaman lebih kuat dibandingkan produk berbahan kimia.

Bahkan salah satu inovasinya mampu menghasilkan produk tanpa bahan kimia pengendali hama tanaman pangan maupun holtikultura.

Pada akhir pekan kedua September 2021, Poktan Sri Trusmi Satu melakukan panen tanaman padi, sekaligus membuktikan keampuhan teknologi pertanian ramah lingkungan yang dikembangkannya.

Dari inovasinya, berhasil menyelamatkan tanaman padi dengan menggunakan bahan baku buah sirih hutan (Piper aduncum L) yang dikembangkan di laboratorium PPAH.

Hama wereng batang cokelat yang mengancam tanaman padi, benar-benar dapat dikendalikan secara maksimal, tanpa menggunakan pestisida kimia. Untuk tingkat efektivitas penggunaan produk berbahan alami itu mencapai 70 persen.

Menurut Waklan yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 5 Sekolah Dasar (SD) ini, dengan tingkat efektivitas penggunaan pestisida nabati tersebut, dapat menyelamatkan sekaligus meningkatkan produktivitas tanaman padi.

“Alhamdulilah buah sirih hutan cukup efektif dalam penanganan hama wereng ini. Dampaknya produksi dan kualitas padi semakin meningkat karena gangguan hama wereng dapat diminimalisir,\" ungkap petani peraih penghargaan tingkat nasional bidang kelompok pengembang agens hayati pada tahun 2019 ini.

Tags :
Kategori :

Terkait