RAKYATCIREBON.ID - Pembelajaran tatap muka sudah mulai diterapkan kembali di wilayah Kabupaten Kuningan, namun bangunan fisik sekolah yang tidak digunakan selama pandemi Covid-19, banyak mengalami kerusakan bisa mengancam keselamatan pelajar saat kembali ke sekolah.
Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Kuningan, Rana Suparman menyambut baik atas diberlakukannya kembali pembelajaran tatap muka, namun dirinya prihatin dengan kondisi bangunan fisik sekolah yang mengalami kerusakan.
“Pandemi COVID-19, menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas fisik bangunan ruang belajar di beberapa sekolah di Kabupaten Kuningan,” kata Rana, saat mengunjungi 3 sekolah di Kecamatan Kramatmulya, Senin (04/10).
Menurut Rana, selama hampir 2 tahun ini, para siswa tidak belajar di ruang kelas akibat adanya pandemi. Maka ruang kelas itu nyaris tidak berfungsi, akibatnya banyak ruang kelas dan fasilitas lain seperti mebelair rusak.
Kunjungannya ke beberapa sekolah itu adalah selain membangkitkan kembali Eskul Pramuka, juga melihat dari dekat kondisi sarana dan prasarana belajar yang lama tidak dipakai KBM.
\"Kebetulan Ekstrakurikuler Pramuka kan banyak dilakukan di dalam kampus sekolah maka kita juga lihat sarana dan prasarananya juga,\" tutur Rana.
Saat pihaknya ingin membangkitkan lagi semangat belajar para siswa inilah, timbul masalah yakni sarana prasarana yang rusak akibat lama tidak ditempati.
\"Seperti di SMPN Kramatmulya ini, ada satu Ruang Belajar yang atapnya hampir ambruk, di SDN Cilowa sama, selain atap yang bocor ada yang dindingnya mengelupas dan banyak bangku yang lapuk tidak layak digunakan,\" terangnya.
Karena kondisi tersebut, pihaknya mengaku akan berbicara dengan pemerintah daerah agar memiliki frekuensi pemikiran sama terkait efek latensi dari Pandemi COVID-19 terhadap kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah.
\"Kita akan bicarakan bagaimana mengatasi kondisi kerusakan sarpras di sekolah-sekolah ini dengan pemerintah,\" tandasnya.
Sementara itu, Kepala SDN I Ciloa Kecamatan Kramatmulya Sri Ratnawati mengatakan, ada empat lokal atau ruang kelas yang kondisinya tidak nyaman digunakan oleh para siswa dalam pembelajaran, kondisi ruang belajar dan meubelair di sekolahnya banyak yang rusak buka hanya akibat lama tak digunakan untuk KBM, tapi jauh sebelum pandemi sudah rusak.
“Terakhir diperbaiki tahun DAK 2006, hingga sekarang bangunan sekolah tersebut belum diperbaiki lagi, bahkan jika hujan ruang kelas bocor,” tuturnya.
Diakui Sri, sejak dirinya menjabat sebagai kepala Sekolah, sedikit diperbaiki ruang kelas yang rusak sehingga nyaman dipakai oleh para siswa belajar.
“Ada rasa khawatir, namun tidak ada pilihan lain karena tidak ada ruang kelas lagi,” jelas Sri yang baru satu tahun menjabat.(ale)