RAKYATCIREBON.ID - Walikota Cirebon, Drs H Nashrudin Azis SH akhirnya buka suara terkait kisruh konflik Keraton Kasepuhan. Menurutnya, Pemerintah Kota Cirebon tidak dalam kapasitas untuk menengahi. Karena persoalan yang terjadi merupakan masalah internal keluarga.
\"Saya jujur tidak dalam kapasitas membuka ruang audiensi. Saya netral saja lah. Kalau mau audiensi semuanya harus datang. Saya dengar infonya ada beberapa pihak. Jadi itu kan internal, kita ingin selesaikan lah, begitu,\" ungkap Azis.
Namun, lanjut Azis, yang perlu menjadi catatan, Pemkot Cirebon memiliki beberapa kepentingan terhadap keraton, itu pun di luar persoalan yang terjadi. Di antaranya, pemkot berkewajiban menjaga agar konflik yang terjadi tidak sampai mengganggu kondisi ketertiban masyarakat. Termasuk menjaga cagar budaya dan objek wisata sebagai kekayaan negara.
\"Kepentingan pemerintah daerah adalah menjaga agar objek, seperti keraton, jangan sampai karena kepentingan-kepentingan tertentu, menjadi terganggu,\" kata Azis.
Oleh karena itu, politisi Partai Demokrat itu berharap, persoalan bisa diselesaikan. Semua pihak mau duduk bersama dan mendiskusikan dengan kepala dingin.
\"Silakan didiskusikan dengan baik. Jaga objek wisata dan cagar budaya kita bisa terus dikembangkan,\" imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, konflik di Keraton Kasepuhan kembali memanas setelah Polmak Keraton Kasepuhan, Rahardjo Djali melakukan proses adat jumenengan dan dinobatkan sebagai Sultan Sepuh Aloeda II. Padahal satu tahun sebelumnya, jumenangan di Keraton Kasepuhan sudah dilakukan, dengan menobatkan PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh IV.
Belum lagi, ada para dzurriyat Kanjeng Sinuhun yang diwakili Ketua Buhun Pemangku Adat Tertinggi Nusantara Santana Kasultanan Cirebon, Rd Heru Rusyamsi Aryanatareja yang sampai saat ini memperjuangkan rumah mereka. Yakni Keraton Kasepuhan karena sejak masa Sultan Sepuh kelima, mereka keluar dari keraton.
Ditambah lagi, pihak keluarga almarhum Pangeran Ilen Seminingrat yang meminta adanya pelurusan sejarah. Mereka tidak mengakui kedua sultan yang sudah melakukan proses jumenangan. Dan menawarkan Raden Wisnu Lesmana bin Ilen Seminingrat untuk bertakhta, karena dinilai lebih berhak secara garis nasab yang sampai di Sunan Gunung Jati. (sep)