RAKYATCIREBON.ID - Petani di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, serta petani di Cibodas, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka mengeluhkan harga jagung pipilan kering yang merosot sejak dua pekan terakhir. Sementara hasil panen mereka pun turun akibat serangan tikus dan kekeringan.
Menurut keterangan para petani, harga jagung pipilan kering di tingkat petani saat ini hanya mencapai Rp4.500 hingga Rp4.600 per kg. Sebelumnya harga mencapai Rp5.000 per kg. Harga sebesar itu stagnan sejak lima bulan terakhir. Kini, harga Rp5.200 per kg diterima di bandar besar.
Produksi jagung di tingkat petani juga merosot hingga 20 persenan akibat kekeringan dan tikus yang menyerang tanaman sejak kondisi tanaman masih berbunga atau putri. Tikus menggerogoti akar dan jagung muda hingga kondisi biji hampir mengering.
“Kalau tikus tidak mengenal bibit unggul atau bukan, tetep diserang. Tanaman ketika kondisi pohon masih muda digerogoti akarnya di gigit hingga rusak. Setelah keluar putri, justru putrinya yang digerogoti karena mungkin dianggap manis,” ujar Wisma salah seorang petani jagung, kemarin.
Tikus menurut Usman petani lainnya, menyerang bagian tengah perkebunan. Sehingga dari luar tanaman nampak mulus tidak ada serangan. Namun begitu ke area bagian tengah pohon jagung rusak, bonggol jagung banyak yang tinggal bagian tengah hingga ujung bonggolnya.
“Badul jagong tinggal satengah-satengah, karorowok,” ungkap Usman.
Padahal menurutnya, jika saja tidak terkena tikus atau sebagian tidak kekeringan, biji jagung sangat bagus, mengkilap dan berisi nyaris tanpa celah. Varietas jagung yang ditanam, menurutnya, hampir sebagian besar varietas hibrida BISI-18.
Akibat terkena serangan menurut para petani, dari luas 400 bata yang biasanya diperoleh 4-5 tonan, kini paling hanya diperoleh sekitar 4 hingga 3,5 tonan saja, karena serangan tikus.
Karena harga jual yang rendah, kata Usman, Wisma dan Rahma, kini banyak petani yang terpaksa menyimpan jagungnya di rumah. Dan baru akan dijual saat harga mahal atau mulai beranjak naik.
Mereka mengaku sayang jika dijual murah, karena pada musim panen sebelumnya dari penjualan jagung para petani di Nunuk, bisa membeli barang berharga.
“Mending menyimpan barang. Kondisi jagung kering sehingga tidak akan terkena kutu jamur dan susut. Baru dijual setelah mahal,” kata Rahma.
Bandar jagung di Kelurahan Babakanjawa, Kecamatan Majalengka, Dedi Supriadi dan Eti membenarkan turunnya harga jagung pipilan kering. Sementara barang juga sulit diperoleh sehingga pasokan ke pabrik pun tersendat.
“Kami terima harga Rp5.000 per kg. Kalau banyak bisa sampai Rp5.100 hingga Rp5.200 per kg. Sekarang barang juga sulit, datangnya seret. Tahun-tahun sebelumnya yang sulit barang itu bulan Januari, sekarang malah sulit barang di bulan Juni dan Juli, yang justru seharusnya panen dan barang banyak,” tutur Eti.
Dia sendiri menyebutkan, untuk harga tepung jagung diterima di peternak ayam di Ciledug, Cirebon hanya seharga Rp5.500 saja per kg. Padahal jagung sudah diolah di pabrik. Sehingga jika dirinya membeli dari petani atau cukong lebih dari Rp5.200 akan sangat rugi.
Karena sulitnya barang menurut Eti, dalam seminggu hanya bisa diperoleh sekitar 10 tonan saja. Padahal biasanya di bulan Maret hingga akhir tahun barang melimpah. Sehari bisa lebih dari 10 ton hingga pengiriman ke pabrik pakan pun bisa lancar.