RAKYATCIREBON.ID – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) STMY Majalengka menggelar seminar “Ngaguar Sejarah Majalengka”. Kegiatan tersebut merupakan peringatan hari jadi ke-351 Majalengka.
Ketua BPH YAWINA, Dr H Sudibyo BO Sos SE MM mengatakan, seminar tersebut digelar agar masyarakat khususnya mahasiswa STIE STMY paham tentang sejarah lahirnya Majalengka yang hingga kini diperingati setiap 7 Juni.
Terlepas masih kontroversi hari jadi tersebut. Namun hal ini penting diketahui oleh generasi muda. Semangat untuk membangun Majalengka harus terus dijaga. Salahsatunya dengan mengenalkan sejarah lahirnya kabupaten Majalengka.
“Kita hadirkan narasumber dari berbagai perwakilan kerajaan, baik dari Talaga Manggung, Pajajaran, dan Sumedang Larang serta dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) yang selama ini aktif menelusuri jejak sejarah,” ujar Sudibyo, Sabtu (6/6).
Seharusnya, kata dia, segera melakukan uji publik terhadap hasil penelitian sejarah Majalengka, tujuannya untuk menghilangkan polemik hari jadi Majalengka yang selama ini diperingati pada 7 Juni.
Jika ditemukan fakta baru dan didukung data yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, peringatan hari jadi Kabupaten Majalengka 7 Juni bisa berubah, walaupun saat ini sudah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah dan sudah puluhan tahun diperingati.
“Jika penelusuran sejarah sudah dilakukan dan telah dibahas oleh para ahli serta dilakukan uji publik yang melibatkan semua stakeholders serta datanya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, itu bisa diproses menjadi sebuah peraturan daerah. Sehingga perubahan peringatan hari jadi Kabupaten Majalengka bisa dilakukan, apalagi jika saat ini dianggap keliru oleh banyak pihak,” ujarnya.
Sementara itu, Narasumber dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) selalu mendorong pemerintah untuk melakukan ziarah ke makam bupati pertama Majalengka saat acara peringatan hari hadi Majalengka.
Terlebih saat ini telah diyakini bahwa bupati pertama adalah Dendanegara yang makam dan prasastinya jelas tertulis di batu nisan dengan tulisan huruf pegon berbahasa jawa kuno.
Menurut Nana Rohmana, dua tahun terakhir pihaknya selalu menggelar haul di makam Dendanegara dengan acara membahas bukti-bukti sejarah yang mendukung kapan Majalengka ada dan siapa yang memerintahnya serta bagaimana prosesnya.
Keyakinan Dendanegara sebagai Bupati pertama itu setelah membaca tulisan yang tertera di pintu masuk dan batu nisan bersama penerjemah asal Indramayu, Tarka, serta peneliti asal Belanda pada 5 Januari 2019.
Budayawan Majalengka, Rachmat Iskandar memaparkan, tiga hal yang menjadi rasa penasaran warga setempat. Yakni, soal sebutan Depok Wijayakusumah Karem di sana disebut Pemakaman Embah Wijayakusumah serta Dendadiningrat.
Menurutnya, kata Depok secara harfiah adalah duduk antara sila dan emok. Jadi orang sunda masa lalu padepokan itu sebuah sanggar silat atau penca.
Di dalam penca sunda dikenal dengan jurus depok yaitu dari duduk ke berdiri sudah jadi kuda kuda. Kata depok itu berarti perguruan silat yang kemudian menadi padepokan.
Sedangkan Wijayakusumaha adalah sejenis bunga yang dipercayai kaum Uphanisada sebagai bunga yang mampu mengobati orang sakit, bahkan orang matipun konon bisa hidup kembali.