Launching Bank Sampah Dan Rumah Kompos Jangan Hanya Seremoni

Senin 26-04-2021,11:59 WIB
Reporter : riyan
Editor : riyan

RAKYATCIREBON.ID - KUNINGAN- Sosialisasi berkesinambungan, harus menjadi prototife pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten Kuningan. Jangan hanya sosialisasi tapi tidak ada tindak lanjut ke depannya. Perlu pembinaan supaya hasil sosialisasi dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara luas. Jargon “ceblur” harus ditinggalkan.

Hal tersebut dismapaikan oleh Bupati Kuningan H. Acep Purnama dalam Lounching Bank Sampah dan Rumah Kompos yang digagas Dinas Lingkungan Hidup, di kampus Uniku kemarin.

Menurut Bupati, di masa pandemi Covid 19 ini, perlu inovasi dalam bekerja dan gaya hidup adaptif dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hasil pekerjaan akan terasa oleh masyarakat seperti lingkungan lestari dalam visi, misi Kabupaten Kuningan.

“Launching Bank Sampah dan Rumah Kompos, dilaksanakan tidak ujug-ujug. Ada proses kesinambungan dari sosialisasi persamapahan di desa dan kelurahan. Namun demikian, tidak berhenti pada seremonial saja. Harus ada upaya lanjutan dari kegiatan ini,” ujar Bupati.

Mungkin, kata H. Acep, Bank Sampah untuk saat ini jadi gerakan efektif dalam penanganan sampah yang tak tertanggulangi oleh pelayanan Dinas LH. Cara mengumpulkan sampah, angkut lalu buang ke tempat pembunagan akhir (TPA) bukan solusi yang baik. Sebab itu hanya pengalihan persoalan di TPA saja.

“Penanganan sampah harus dilaksanakan dari hulu. Bukan dari hilir. Siapa hulunya? Tentunya hulunya adalah rumah tangga. Jika rumah tangga mampu melakukan pemilahan antara sampah organik dan anorganik. Maka bisa dikatakan selesai. Sampah anorganik dijadikan rupiah dan organik jadi kompos,” Paparnya.

Jaman sekarang sangat instan, masih kata H. Acep, semua produk mengacu ke plastik. Ya bungkus makanan menggunakan stereform, dan bahan berplastik. Walhasil, sampah sejenis itu numpuk dimana-mana. Dan jika dibiarkan akan menjadi tsunami sampah. Makanya harus ada gerakan bersama-sama untuk mengatasinya.

“Jika dulu, bungkus makanan menggunakan daun pisang. Seperti lontong, buras dan seterusnya itu menggunakan organik. Sekarang kan tidak lagi. Makanya kita harus mereview adat istiadat, budaya warisan leluhur kita yang ramah lingkungan harus dijaga dan dilestarikan. Tujuannya apa, yakni lingkungan hidup yang lestari,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Wawan Setiawsan S.Hut MT menyampaikan, Kabupaten Kuningan telah meraih prestasi sebagai peringkat ke-2 nasional, dalam ajang Kehati 2020 dari Lembaga Keanekaragaman Hayati Indonesia. Ia harap melalui kegiatan ini pihaknya akan lebih fokus pada pengolahan sampah.

\"Saya harap pengolahan sampat dapat menghasilkan sesuatu yang lebih berguna dan berhasil, seperti pengolahan sampah organik dengan kotoran hewan sapi menjadi pupuk kompos atau organik, atau kita kenal sebagai kompos blok,\" ujarnya.

Dengan adanya sinergitas bank kuningan dengan pemerintah desa melalui kebijakan pemerintah kabupaten kuningan, Direktur Bank Kuningan Dodo SE berharap dapat memberikan hasil yang positif untuk peningkatan kinerja bank kuningan.

\"Kami berkomitmen terus meningkatkan kualitas pelayanan dan produk juga tata kelola bank kuningan. Semoga dengan ini dapat membantu pemerintahan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat kuningan,\" harapnya.(ale)

Tags :
Kategori :

Terkait