RAKYATCIREBON.ID – Pemerintah Kabupaten Indramayu secara tegas menolak rencana pemerintah untuk melakukan impor beras. Hal ini merupakan sikap pemerintah daerah dalam memberikan perlindungan kepada para petani agar dapat menikmati keuntungan. Terlebih lagi pada April nanti akan berlangsung panen raya.
Pernyataan itu disampaikan Bupati Indramayu, Nina Agustina, Rabu (24/3). Penolakan impor beras tersebut sebagai bentuk proteksi kepada petani yang selama ini selalu merugi akibat anjloknya harga gabah dan naiknya harga pupuk. \"Indramayu menolak rencana untuk mengimpor beras. Ini sangat merugikan petani kami,\" ungkap bupati didampingi Wabup Lucky Hakim dan Sekda Rinto Waluyo.
Menurutnya penolakan itu bukan tanpa alasan. Berdasarkan data hasil panen di Kabupaten Indramayu mencapai 1,7 juta ton per tahun. Jumlah kebutuhan untuk konsumsi masyarakatnya hanya 250 ribu ton per tahun. Serta serapan Bulog mencapai 35 ribu ton per tahun. Kondisi mengakibatkan surplus produksi setiap tahunnya.
“Produksi padi kita sudah surplus, nah kalo ditambah masuknya beras impor akan sangat berdampak bagi petani. Kenapa tidak ditingkatkan pada pengadaan sehingga importnya kita kurangi,” ujarnya.
Sementara itu, sebanyak 5.600 ton stok beras impor yang terdapat di tujuh Gudang Bulog Indramayu saat ini sudah mengalami penurunan mutu dengan kondisi berdebu dan menguning. Stok beras tersebut berasal dari hasil pengadaan tahun 2018.
Tidak dipungkirinya, masih banyaknya stok beras impor itu dimungkinkan salah satunya karena tidak laku di pasaran. Kondisi stok beras tersebut kini menimbulkan kekhawatiran, karena dapat menyebarkan hama ke stok baru mengingat usianya yang sudah terlalu lama.
“Memang yang namanya beras, kalau disimpan lama sudah mengalami turun mutu. Jadi yang tahun 2018 sebagian besar sudah mengalami turun mutu,” terang Kepala Perum Bulog Cabang Indramayu Dadan Irawan.
Saat ini, total stok beras di Bulog Indramayu sebanyak kurang lebih 33 ribu ton. Stok tersebut merupakan gabungan dari sisa stok di 2018 hingga pengadaan awal di 2021. Rincinya, stok tahun 2018 sebanyak kurang lebih 17 ribu ton, kemudian 2019 kurang lebih 7,4 ribu ton, dan tahun 2020 ada 2 ribu ton. “Tahun 2021 yang baru penyerapan itu sekitar 800 ton,” tukasnya. (tar)