MAJALENGKA-Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, sejak dulu memang telah dikenal sebagai sentra produksi genteng.
Atap bangunan rumah genteng yang berbahan dasar tanah liat itu, mulai eksis diproduksi oleh warga Jatiwangi Majalengka sejak tahun 1905.
Dua tokoh inisiasi produksi Genteng Jatiwangi itu adalah H Umar bin Ma’ruf dan Barmawi. Kedua orang itu kemudian menularkan ilmu produksi gentengnya kepada para karyawan, pegawai. Sehingga banyak memunculkan pabrik-pabrik produksi genteng lainnya.
Namun, seiring perkembangan zaman yang terus berubah. Masa-masa kejayaaan atap rumah dari tanah liat itu, mulai pudar. Banyak pesaing dan kompetitor yang memproduksi genteng dari bahan fiber dan plastik.
Pada zaman kejayaannya dulu, produksi genteng Jatiwangi, cukup membantu tingkat kesejahteraan warga. Pengaruh sentra genteng Jatiwangi menyentuh sisi-sisi kehidupan sosial dan budaya.
Mengenang dan melestarikannya, maka tahun 2021 ini, ada rangkaian kegiatan atau acara, dimulai pada 27 Maret hingga Desember mendatang.
“Acara ini sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur. genteng Jatiwangi ini adalah sejarah. Nama acaranya Tahun Tanah. Semoga acara ini memberikan pengaruh positif,” ungkap Ketua Komite Ekonomi Kreatif, juga founder Jatiwangi Art Factory (JAF), Ginggi Syarif Hasyim kepada Rakyat Cirebon, Sabtu (20/3).
Menurut Ginggi, gelaran acara yang bernuansa ekspresi seni tersebut diharapkan menjadi pembelajaran alam, interaksi pengalaman dan bertukar pengetahuan serta sharing wawasan.
“Setiap acara digelar, banyak orang berdatangan ke Jatiwangi Majalengka. Penginapannya akan memberdayakan rumah warga, itu upaya sinergi peningkatan ekonomi,” ujarnya.
Ginggi menjelaskan agenda rutin tiga tahun sekali itu, merupakan momen krusial dan penting bagi sisi sosial, seni, budaya, ekonomi maupun edukasi sejarah.
“Acara Tahun Tanah diantaranya rampak genteng, workshop membuat alat musik dari keramik di berbagai desa, binaraga Jebor Cup, pertunjukan kolosal rampak genteng, pameran Terakota, Residensi Seniman, pertunjukan musik keramik,” tandasnya.
Tahun lalu, pihaknya menggelar lomba binaraga antar jebor melalui kompetesi bertajuk Jatiwangi Cup. Event itu diikuti puluhan pekerja pabrik genteng atau biasa disebut jebor.
Menurut Ginggi, lomba tersebut digelar sejalan dengan semangat HUT Kemerdekaan RI. Sekaligus memperingati pencapaian kebudayaan pengolahaan tanah yang sudah lebih dari seabad lamanya berlangsung.
Dalam suasana Pandemi Covid-19 ini, bekerja di rumah sudah menjadi imbauan pemerintah. Namun, kondisi itu tidak berlaku bagi kaum pergentengan. Karena para jebor menganggap pabrik rumah kedua.
\"Jatiwangi Cup 2020 mestinya berlangsung di PG Super Bambang, Baturuyuk. Tapi karena pandemi, pelaksanaannya digelar di Jebor Hall, Jatiwangi art Factory, dengan menerapkan protokol kesehatan,\" imbuhnya. (hsn)