RAKYATCIREBON.ID – Temuan kasus baru HIV/AIDS melonjak jumlahnya pada 2020 lalu. Jumlah kasus di tahun pandemi Covid-19 itu, mencapai 324 kasus baru.
Selain meningkat signifikan dibanding 2019, jumlah itu juga tertiggi sejak 2011 lalu.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati SPd MA mengatakan, sejauh ini pihaknya menangani 1.639 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Ia menjelaskan, banyaknya temuan ODHA baru dikarenakan pihaknya bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang concern di bidang tersebut, bekerja secara optimal menemukan populasi kunci.
“Dari 2011 hingga 2020, tertinggi tahun 2020 yaitu 324 kasus baru. Tahun 2019 ada 189 kasus baru. Kemudian 2018 ada 65 kasus baru, dan tahun sebelumnya rata-rata di angka seratusan. Kemudian terendah pada 2011 dan 2012, yakni 35 dan 32 kasus baru,” ungkap Sri usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi III DPRD Kota Cirebon, Senin (15/3), di gedung dewan.
Atas kondisi itu, Sri berharap Pemkot Cirebon dan RSD Gunung Jati merelokasi Klinik Seroja agar pelayanan pengobatan bagi ODHA bisa optimal.
Menurutnya, sejumlah ODHA mengeluhkan pelayanan ruang tunggu yang tak tertutup, dan ruang konseling yang tak kedap suara.
“Klinik yang saat ini ada belum dianggap representatif. Padahal, menjadi rujukan semua rumah sakit yang ada. Ya ruangan konseling harusnya kedap suara, kemudian ruang tunggu yang tertutup. Ini yang penting, minimalnya bisa menuju ideal,” tuturnya.
Sementara itu, Komisi III DPRD Kota Cirebon mendorong optimalisasi pelayanan kesehatan terhadap ODHA di Klinik Seroja RSDGJ. Saat ini, ruangan pelayanan di Klinik Seroja dianggap kurang ideal bagi ODHA.
Ketua Komisi III DPRD Kota Cirebon, dr Tresnawaty SpB menyampaikan, saat ini ada empat fasilitas pelayanan kesehatan yang menangani ODHA, yakni Klinik Seroja RSDGJ, RS Ciremai, Puskesmas Larangan, dan Puskesmas Gunung Sari.
Dari empat pelayanan kesehatan itu, Klinik Seroja RSDGJ menjadi rujukan utama bagi pengobatan ODHA.
“Alangkah baiknya ruang pelayanan, yakni ruang tunggu dan konseling di Klinik Seroja itu ideal. Selama ini, ruangan konseling di sana tidak kedap suara. Teman-teman KPA dan LSM menginginkan yang kedap suara,” ungkap Tresnawaty.
Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, untuk merelokasi Klinik Seroja agar ideal bagi ODHA memang membutuhkan waktu. Terlebih lagi, saat ini RSDGJ fokus menangani Covid-19. Namun, lanjut Tresnawaty, minimal RSDGJ bisa membuat ruang konseling bagi ODHA yang kedap suara, dan ruang tunggu yang tertutup.
“Direktur (RSD Gunung Jati) tadi menyanggupi. Ini penting untuk dilakukan. Tentunya menjaga semangat teman-teman relawan, membantu ODHA agar nyaman saat konseling,” katanya.
Di tempat sama, Direktur RSDGJ, dr H Ismail Jamaludin SpOT mengatakan, relokasi Klinik Seroja sejatinya masuk dalam master plan gedung baru RSD Gunung Jati.