RAKYATCIREBON.ID – Bencana banjir yang terjadi di sebagian besar wilayah Kabupaten Indramayu merendam ribuan hektar arel persawahan. Tanam ulang dapat dipastikan menjadi pilihan bagi para petani.
Untuk itu kebutuhan pupuk bersubsidi diminta ditambah agar produksi padi pasca banjir bisa kembali berlangsung.
Disampaikan Ketua Kontak Tani nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, sawah yang terendam banjir dipastikan harus dilakukan tanam ulang.
Proses ini tentunya membutuhkan pemenuhan pupuk bersubsidi bagi para petaninya. Sehingga produksi padi akan tetap berjalan dalam memenuhi target ketahanan pangan. Kondisi itu salah satunya ada di Kecamatan Kandanghaur.
Luas tanaman padi yang terendam banjir pekan lalu di Kecamatan Kandanghaur ada 2.492 hektar. Lahan sawah itu tersebar di 13 desa. Yaitu Desa Curug, Ilir, Eretan Wetan, Eretan Kulon, Kertawinangun, Karangmulya, Karanganyar, Wirapanjunan, Wirakanan, Parean Girang, Soge, Pranti dan Bulak.
Banjir yang merendam sawah kini telah surut dan sudah bisa diketahui tanaman padi yang busuk akibat rendaman banjir lebih dari tiga hari. “Tanaman yang busuk ada sekitar dua ribu hektar dan tidak bisa diselamatkan. Dan untuk tanaman padi yang puso secara otomatis harus dilakukan tanam ulang,” jelasnya, Kamis (18/2).
Menurutnya, para petani sangat membutuhkan benih dan pupuk bersubsidi untuk proses tanam ulang tersebut. Sementara di sisi lain, para petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi saat musim tanam yang lalu. Namun saat pupuk sudah diperoleh dan musim tanam sedang berjalan, petani dihadapkan dengan bencana banjir. Akibatnya, proses tanam dan pemupukan harus kembali diulang.“Dari luas lahan dua ribu hektar yang kini mengalami puso, diperkirakan membutuhkan pupuk urea bersubsidi sebanyak 400 ton. Juga pupuk Phonska yang dibutuhkan sebanyak 400 ton. Kalau petani membeli pupuk non subsidi jelas sangat terbebani, karena kerugian mereka akibat banjir juga besar,” ungkapnya.
Disebutkan Waryono, besarnya kerugian yang dialami petani akibat banjir diperkirakan mencapai sekitar Rp6 juta per hektar. Nilai itu dihitung dari mulai biaya pengolahan lahan, tanam, pemeliharaan, dan pemupukan. “Kerugiannya besar sekali,” ucapnya.
Terpisah, Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang mengatakan, tanaman padi yang mengalami puso secara otomatis harus dilakukan penanaman ulang. Sehingga diharapkan agar Dinas Pertanian segera melakukan pendataan dan memberikan bantuan. Bahkan dinilai penting untuk mengalokasikan pupuk bersubsidi tambahan akibat bencana alam. “Tanaman padi yang terendam banjir dan selamat dari puso juga harus dilakukan pemupukan ulang, terutama pada tanaman padi yang berusia muda dan baru dilakukan pemupukan pertama,” tandas dia. (tar)