Nah, kader PDIP yang menyoal rekomendasi itu adalah Hj Dian Hernawa Susanty. “Ini menjadi aneh. Ini ada apa? Kenapa sih tidak terbuka saja. Kenapa cuma amplopnya saja. Kan jadinya bola liar kalau seperti itu. Jangan salahkan kalau ada yang berfikiran lain. Bisa saja kan itu rekom abal-abal,” terang Dian Hernawa Susanty, kemarin (5/10).
Ya, dia menyebut ada yang janggal dari proses pengumuman rekomendasi untuk kursi wakil bupati Cirebon itu. “Janggalnya karena pengumumannya itu tak didampingi DPD dan DPP. Kemudian rekomendasinya tak dipublikasikan. Ini ada apa. Mestinya didampingi jajaran struktural di atasnya. Kalau tidak DPP ya DPD,” kata Dian Hernawa Susanty, kemarin.
“Kemudian, apakah sudah mempunyai surat keterangan catatan kepolisian untuk melengkapi persyaratan sebagai calon wakil bupati Kabupaten Cirebon? SKCK sangat penting karena dari catatan kepolisian tersebut, rekam jejaknya akan terlihat. Artinya, apakah rekomendasi yang diumumkan itu belum dibenarkan DPD maupun DPP?,” lanjutnya.
Wanita yang akrab disapa Santy itu mengatakan DPP PDIP belum membenarkan. “Menunggu sampai tidak ada reaksi dari daerah. Makanya Ibu Ayu itu buru-buru untuk dibacakan itu (rekomendasi, red). Takutnya ada aksi. Jadi diumumkan untuk kondusivitas. Karena kita tahu penolakan dari masyarakat kan banyak,” terangnya kepada Rakyat Cirebon.
Seperti diberitakan, rekomendasi DPP PDIP akhirnya diumumkan. Tak meleset. Milik Hj Wahyu Tjiptaningsih atau Ayu. Diumumkan di kantor DPC PDIP pada Minggu (4/10). Ayu pun diyakini kian dekat ke kursi wakil bupati (wabup) Cirebon. Tinggal menunggu proses pemilihan di DPRD Kabupaten Cirebon.
Kepada Rakyat Cirebon, Ayu mengaku rekomendasi yang telah dimandatkan untuknya merupakan kepercayaan. “Rekomendasi tidak datang ujug-ujug. Ini bentuk kepercayaan. Yang diembankan kepada saya. Saya siap menjaga amanah ini. Menjaga nama baik PDIP,” ucapnya di kantor DPC PDIP Kabupaten Cirebon di kawasan Talun, Minggu (4/10). (zen)