“Setelah melalui proses cukup panjang, Bio Farma berhasil masuk dalam shortlist manufaktur vaksin. Ini dari Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI), lembaga non profit internasional yang bermarkas di Oslo, Norwegia,” kata Retno di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (22/9).
Bio Farma, lanjutnya, masuk dalam daftar tujuh kandidat yang dipercaya CEPI untuk memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 dunia. CEPI merupakan kemitraan antarpemerintah, lembaga swasta, filantropi, dan masyarakat madani yang fokus mengembangkan vaksin serta mencegah pandemi.
Sejumlah ahli dari CEPI telah mengunjungi Bio Farma untuk melakukan uji tuntas pada 15 September 2020 lalu. “CEPI akan mengumumkan hasil uji pada akhir September atau awal Oktober,” imbuhnya.
Selain kerja sama CEPI dan Bio Farma, Indonesia telah meneken komitmen pembelian vaksin COVID-19 dengan berbagai perusahaan farmasi dari China, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.
Retno memastikan Indonesia akan memperoleh 20 juta sampai 30 juta dosis vaksin COVID-19 pada 2020 dan 290 juta – 340 juta dosis vaksin pada 2021. “Sumber vaksin berasal dari Sinovac dan Sinopharm serta G42 dari UAE (Uni Emirat Arab). Selain itu Indonesia juga bekerja sama dengan Genexine dari Korea Selatan,” terangnya.
Retno juga menyebut Indonesia saat ini masih menjajaki peluang dengan AstraZeneca dan Imperial College London terkait pembelian calon vaksin COVID-19 yaitu AZD1222. “Kita tunggu saja. Semoga hasilnya baik dan memuaskan,” papar Retno.(rh/fin)