RAKYATCIREBON.ID - Dalam mendukung inovasi Dirjen PHU Kementerian Agama RI terkait pemanfaatan teknologi, IAIN Syekh Nurjati kembangkan Full IT Based Training. Program sertifikasi pembimbing manasik haji dengan model pelatihan berbasis online dan paperless.
Hal ini mulai dilakukan dalam program Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan XVIII (X Mandiri) kerjasama antara IAIN Cirebon dengan Forum Komunikasi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (FK-KBIHU) Jawa Barat dan Kementerian Agama Kantor Wilayah Jawa Barat.
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Galeri Ciumbuleuit Bandung tersebut dilaksanakan selama 9 hari. Mulai Sabtu (15/2) hingga Minggu (23/2) dengan 26 materi dan 100 jam pelatihan. Drs H Muzaki MAg, selaku Ketua Penyelenggara menguraikan dalam mendukung penyiapan alumni pembimbing haji yang melek teknologi, desain pelatihan dibuat terintegrasi secara online dengan beberapa hal.
Antara lain proses administrasi pelatihan, proses pembelajaran, monitoring dan evaluasi. Untuk mendukung hal tersebut, peserta diwajibkan untuk melakukan perekaman sidik jari setiap sesi, review materi, penugasan, evaluasi dan penilaian berbasis aplikasi yang kapanpun dapat diproses melalui smart phone setiap peserta.
Apresiasi diberikan oleh Ketua Umum KBIHU Indonesia, KH Manarul Hidayat dalam sambutanya. Pria yang juga Mustasyar PBNU menguraikan tentang pentingnya penguasaan teknologi informasi, selain pemahaman terhadap keilmuan dan wawasan Ibadah Haji.
“Problematika pelaksanaan Ibadah Haji zaman milenial tentu memerlukan pendekatan yang mutakhir dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi. Melatih peserta dengan konsep pelatihan berbasis onlineadalah keniscayaan. Sehingga pembimbing haji terbiasa dengan operasionalisasi teknologi,” ungkapnya.
Kabid PHU Kemenag Jawa Barat, Drs H Ajam Mustajam MSi, dalam paparanya menuturkan KBIHU Jawa Barat adalah model pengelolaan bimbingan haji terbaik di Indonesia. Dukungan materi-materi pelatihan berbasis teknologi tentu mampu meningkatkan pemahaman peserta terhadap perkembangan zaman yang dinamis.
“Permasalahan pembimbing haji yang tidak mampu menjalankan aplikasi-aplikasi haji Kemenag, harapanya tidak ada lagi. Pembimbing haji mampu melakukan percepatan proses yang terkait dengan ibadah haji,” katanya.
Antusiasme peserta terlihat melalui partisipasinya dalam penggunaan teknologi. Peserta yang didominasi oleh para ulama, kyai dan pembimbing yang berpengalaman tersebut melalui proses pelatihan berbasis online dengan sangat baik. KH Mundzir, salah satu peserta asal Madura merasa bersyukur dengan model pelatihan seperti ini. Menurutnya, segala lebih mudah dalam satu genggaman tanpa memerlukan banyak kertas untuk pembelajaran dan penugasan.
“Selanjutnya, kami yang belum paham dengan gawai akhirnya mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi online melalui bimbingan dari fasilitator dan panitia. Harapanya, ini tetap dipertahankan dan dikembangkan,” tandasnya. (wan)