RAKYATCIREBON.ID-Sejak 7 Agustus 2019, seluruh jalur pendakian menuju puncak Parahyangan 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) ditutup. Terdapat empat jalur pendakian gunung Ciremai yakni Palutungan, Linggajati, dan Linggasana di Kuningan serta Apuy di Majalengka, Jawa Barat.
Penutupan aktivitas wisata alam pendakian ini akibat kebakaran hutan (Karhut) di area kerucut gunung Ciremai.
Karhut tersebut menghanguskan tiga jenis vegetasi Edelweiss yakni “Anaphalis javanica”, “Anaphalis maxima”, dan “Anaphalis viscida”. Api juga melahap vegetasi Cantigi (Ericaceae), Plending (Nephila maculata), dan semak belukar.
“Ya, area puncak gunung Ciremai menjadi wilayah terhancur yang terbakar. Karena dari kejauhan pun area puncak tampak hitam legam”, ujar Agus Yudantara, Fire Boss Karhut (21/11).
Rentetan karhut juga terjadi di vegetasi “savana”, Pinus (Pinus merkusii), dan hutan alam sisi utara dan barat gunung Ciremai selama musim kemarau periode Agustus sampai awal November ini.
Pascakebakaran hutan dan lahan yang terjadi beberapa bulan lalu, jalur pendakian Gunung Ciremai hingga saat ini masih ditutup. Penutupan dilakukan di semua jalur pendakian yakni Jalur Palutungan, Linggarjati, Linggasana (Kabupaten Kuningan), dan Jalur Apuy (Kabupaten Majalengka).
Penutupan lantaran kondisi wilayah Gunung Ciremai yang hingga saat ini belum kembali normal, setelah musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu. Hingga kini, masih tampak bekas karhutla dengan warna cokelat kehitam-hitaman, yang menjadi bukti bahwa belum terjadi pemulihan ekosistem alam di lokasi bekas musibah itu.
\"Banyak pendaki yang kami tolak melalui ponsel, karena memang masih ditutup,\" kata salah seorang pengelola pendakiam Jalur Linggarjati, Kewer, dikutip dari situs resmi TNGC, Selasa (26/11/2019).
Diketahui, akhir Oktober hingga awal November memang sempat beberapa kali turun hujan. Namun rupanya hujan ini belum cukup untuk memulihkan ekosistem. Mungkin butuh hujan intensitas tinggi dan merata selama tiga bulan untuk menghidupkan kembali tumbuhan di gunung Ciremai.