PAKET. Ratusan paket hijab dari Nihaya Hijab siap dikirim
ke pelanggan yang tersebar di berbagai daerah se-Indonesia menggunakan jasa pengiriman JNE.
|
RAKYATCIREBON.CO.ID – Siapa tak tahu Pasar Tegal Gubug? Pasar
sandang legendaris ini jadi tumpuan ekonomi masyarakat sekitarnya. Puluhan ribu
pedagang dari berbagai daerah memadati pasar yang berlokasi di Desa Tegal
Gubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon ini tiap Selasa dan Sabtu.
Pasar ini dirintis warga Tegal Gubug sekitar 105 tahun
lalu. Mereka membuat kemban. Proses produksi dilakukan kaum perempuan.
Lelakinya bertugas memasarkan ke Bandung dan Jakarta sembari merantau.
Pada 1960, mulai menjamur industri tekstil di Bandung.
Limbah kain dari industri itu menumpuk. Situasi tersebut dimanfaatkan warga
Tegal Gubug perantau. Mereka membawa limbah itu ke kampung halaman.
“Mereka mulai mengolah limbah tekstil menjadi aneka
sandang seperti baju, celana, dan sarung. Diolah jadi barang yang lebih
bermanfaat terus dijual di sini,” ungkap Kepala Pasar Tegal Gubug, Khoeron saat
ditemui Rakyat Cirebon, Sabtu (28/9/2019).
Lambat laun, aktivitas perdagangan di Pasar Tegal Gubug
terus berkembang. Pedagang makin ramai. Produk yang dijual kian beragam. Semua
kebutuhan sandang ada. Apalagi, pasar ini dikenal murah baik pembelian grosir
maupun eceran.
Kini, Pasar Tegal Gubug menjelma pasar sandang tradisional
yang masih dikelola desa terbesar se Asia Tenggara. Luas total mencapai lebih
dari 30 hektare.
Seiring terus berkembangnya perdagangan di Pasar Tegal
Gubug, luasnya areal tak lagi menampung pedagang-pedagang baru. Walaupun mereka
berasal dari desa setempat.
Salah satunya Ahmad Muzani. Pria asal Tegal Gubug Lor ini
mengurungkan niat berjualan di pasar. Dia memilih berjualan secara daring sejak
2015. Bersama istrinya, Muzani melayani pesanan hijab melalui BBM (BlackBerry
Messenger). “Karena saat itu belum pakai WA, Instagram atau Facebook,”
ungkap Muzani saat ditemui di kediamannya.
Menurutnya, banyak keuntungan berjualan secara daring misalnya tak perlu berebut lapak di pasar, flesibilitas waktu dan jangakau pasar tak
terbatas. Dia bisa menjual produk hijabnya kapan saja kemana pun sejalagi masih
dijangkau jasa pengiriman.
Meski begitu, awal merintis penjualan hijab daring tak semulus
sekarang. Saat itu, jumlah konsumen masih sedikit dibanding pembeli di pasar.
Ditambah lagi, layanan jasa pengiriman masih jarang. “Dulu yang awal sekali ada itu baru POS sama JNE. Kalau
sekarang sudah banyak yang baru,” tambah dia.
Pelan tapi pasti, pesanan terus berdatangan. Apalagi
setelah dia mendirikan Nihaya Hijab pada 2017. Toko daring yang dikelolanya di
Facebook, Instagram dan Shoppee. Toko ini melayani pembelian hijab berbagai
jenis dan motif.
Saat itu, belum banyak pedagang daring di sekitar Tegal
Gubug. Nihaya Hijab makin dikenal. Pesanan hijabpun meningkat.
Segmen hijab daring pun mulai terlihat. Mereka, kata
Muzani, adalah pembeli yang tak bisa datang langsung ke Pasar Tegal Gubug. Lebih nyaman dan terbuka dengan kemajuan
teknologi. Bermodal saling percaya, transaksi bisnis bisa dilakukan tanpa
tatap muka.
Kini, dalam sehari, Muzani melayani rata-rata 100 pembeli.
Kebanyakan adalah langganannya sesama reseller hijab daring dari
luar daerah. “Karena yang pesan di sini biasanya repeat order.
Kalau beli sekali, dua kali itu biasanya konsumen. Beli hijab untuk dipakai
sendiri,” ujar dia.
Untuk meningkatkan pelayanan, Muzani membuka agen jasa
pengiriman JNE di rumahnya. Khusus untuk mengirim paketnya sendiri. Dia
mengatakan, pengiriman menggunakan JNE banyak diminta pelanggan. Lantaran
ketepatan waktu dan ongkos kirim lebih murah.
Muzani pun sukses mempekerjakan 19 tetangganya sebagai karyawan dengan tugas masing-masing. Dari pengemasan, admin toko daring, layanan pelanggan,
hingga input data paket.
Buah manis dari bisnis daring yang dijalaninya yakni
dibukanya toko fisik Nihaya Hijab di depan rumahnya. Untuk melayani konsumen
yang ingin datang langsung. “Jadi cuma untuk orang dekat,” ucap Muzani.
Muzani dianggap pebisnis daring sukses. Jejaknya mulai
diikuti. Muncul sekitar 40 pebisnis daring baru di Tegal Gubug. Mayoritas memilih bisnis daring karena efektivitas. Bermodal ponsel
pintar dan unggah foto produk di media sosial, lalu dapat pembeli.
Muzani memberi
warna bagi perdagangan sandang di Tegal Gubug. Seiring terus berkembangnya
pasar tradisional, di desanya juga tumbuh ceruk pasar baru yakni penjualan
sandang daring dengan segmen pasarnya sendiri.
Kepala Cabang JNE Cirebon, Syahrilruddin mengatakan,
meningkatnya jumlah pebisnis daring di
Tegal Gubug berdampak pada peningkatan internsitas pengiriman paket. Untuk itu, JNE menempatkan 10 agen di sekitar Tegal Gubug.
“Rata-rata paket didominasi fesyen wanita. Sisanya
aksesoris. Prosesntasinya 70 persen fesyen wanita, 10 persen fesyen pria, 10
persen fesyen anak, 5 persen aksesoris dan sisanya kerajinan,” ungkapnya.
Syahril melanjutkan, di Cirebon secara keseluruhan
pertumbuhan bisnis jasa pengiriman sebesar 20 – 30 persen sepanjang 2018. Tren
pertumbuhan diperkirakan kembali terjadi di tahun ini sebesar 30 – 40 persen.
Dia menceritakan, sejak 2010, seiring munculnya berbagai e-commerce yang
berbarengan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, jumlah
transaksi pengiriman ritel JNE juga mengalami peningkatan.
Hal itu dilihat dari dominasi kiriman ritel sebesar 80
persen. Sementara kiriman berupa dokumen hanya 20 persen saja. “Nah, dari
kiriman ritel itu 60 sampai 70 persennya
berasal dari e-commerce,” papar Syahril.
Angka itu belum final. JNE Cirebon, lanjut Syahril, bakal terus tingkatkan
layanan. Selain menambah 8 titik layanan baru di Cirebon, JNE juga menggandeng
OVO dan Gopay untuk mempermudah transaksi dengan pembayaran digital.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi (FE)
Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Prof Ida Rosnidah
mengatakan, peran perusahaan jasa pengiriman untuk mendorong roda ekonomi di
sektor jual beli daring sangat vital. JNE sebagai yang terbesar, diharapakan
terus meningkatkan kualitas dan jangkauan layanannya.
“Dampaknya ke logistik. Di mana perusahaan pengiriman akan
semakin sibuk. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah pelayanannya harus bisa
menjangkau hingga
pelosok,” tukas dia. (wan)