CIREBON – Konflik di internal Unswagati Cirebon terus menggelinding. Setelah demo besar-besaran para pegawai dan dosen pada pekan lalu, kini tinggal menunggu giliran mahasiswa melakukan aksi serupa. Belakangan beredar selebaran berisi 13 Resolusi Mahasiswa Unswagati.
Namun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unswagati membantah, bahwa 13 resolusi mahasiswa yang beredar itu buatan mereka. BEM sudah bersikap dan menyampaikan lima poin tuntutan kepada pihak rektorat Unswagati. Hal itu diakui Ketua Umum BEM Unswagati, Surya Oktaviandi Zebua.
Saat ditemui di halaman kampus I Unswagati, Okta membeberkan, lima tuntutan pihaknya kepada rektorat, yakni pertama, ubah dan/atau kembalikan tata kelola organisasi kepada universitas yang mana untuk memberi pelayanan terbaik kepada mahasiswa. Kedua, ubah dan/atau kembalikan tata kelola keuangan kepada universitas yang mana untuk memberi pelayanan terbaik kepada mahasiswa.
Ketiga, sosialisasikan informasi publik dengan prinsip keterbukaan, transparansi, jujur dan bertanggungjawab. Empat, tegakkan aturan dan UU dalam mengelola universitas dan yayasan, dan lima, adanya peran aktif mahasiswa secara proporsional dalam pengambilan kebijakan kampus.
“Sabtu (pekan) kemarin kita sudah audiensi dengan rektorat dan ditemui langsung Pak Rektor. Surat yang berisi tuntutan tadi pagi sudah disampaikan,” kata Okta.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi itu menegaskan, BEM sudah bersikap, namun belum berpikir untuk melakukan aksi demonstrasi besar-besaran. Begitu juga dengan pihak Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati (YPSGJ), BEM sudah berusaha membangun komunikasi. “Tapi belum ada waktu yang pas untuk bertemu,” katanya.
Menurut Okta, peralihan pengelolaan keuangan dari universitas ke yayasan, memberikan dampak terhadap proses pencairan anggaran untuk kebutuhan kegiatan kemahasiswaan.
“Untuk ormawa berpengaruh. Tadinya proses pencairan anggaran itu minimal seminggu setelah pengajuan. Kalau sekarang, untuk kegiatan bulan depan, harus dari sekarang diajukan,” tuturnya.
Disinggung soal polemik yang terjadi di internal kampusnya, Okta menilai, pihaknya tidak memandang hal itu dilatarbelakangi oleh kepentingan politik menjelang Pemilihan Rektor (Pilrek) Januari 2018. “Terkait pilrek, itu hanya isu. Setiap orang bisa beropini,” katanya.
Yang terpenting, kata dia, pihaknya memberi deadline kepada rektorat Unswagati untuk mengabulkan lima tuntutan dari BEM sampai sepekan kedepan terhitung dari 2 Oktober. “Kita minta tanggapan atau perubahan,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Unswagati, Yodi Rudiantono mengaku prihatin dengan kondisi kampusnya belakangan ini. Menurutnya, perlu solusi cermat untuk menyelesaikan semua persoalan yang terjadi. “Saya kira perlu win-win solution untuk penyelesaiannya,” kata Yodi.
Pria yang juga dosen di Fakultas Ekonomi Unswagati itu juga membantah, bahwa aksi demonstrasi yang dilakukan dosen dan pegawai pekan lalu dilatarbelakangi kepentingan politik menjelang Pilrek Unswagati.
“Aksi itu murni dilakukan teman-teman dosen dan pegawai untuk perubahan yang lebih baik, bukan politis. Kalaupun ada kepentingan kaitannya dengan pilrek, itu wallahu ‘alam. Karena memang bisa saja ditunggangi kepentingan lain,” kata dia. (jri)