Terisolasi, Siswa Terpaksa Menyebrang Sungai Cisanggarung ke Sekolah

Jumat 08-09-2017,02:00 WIB

CIREBON -  Siswa SDN 2 Ciledug Wetan rela bertaruh nyawa demi melewati sungai Cisanggarung untuk ke sekolah. Pasalnya akses 40 siswa terdekat untuk menuju ke sekolah, hanyalah dengan melewati aliran sungai tersebut.
Siswa SDN 2 Ciledug Wetan terpaksa menyebrang sungai Cisanggarung. Foto: Zezen/Rakyat Cirebon
Aktivis Wilayah Timur Cirebon (WTC), Adang Juhandi mengatakan, ditemukannya wilayah tanpa ada penghubung jembatan menjadikan masyarakatnya terisolir. Mau tidak mau dampaknya akan merembet pada tingkat IPM masyarakatnya menjadi rendah, daya beli masyarakat serta kesehatannya. 

Kendatipun yang menjadi persoalannya adalah terkait pembiayaan, tetapi terang lelaki berkacamata itu, mestinya pemerintah menjadikan skala prioritas. Agar tidak sampai yang dikorbankan aset bangsa, yakni anak-anak yang mengenyam di pendidikan sekolah dasar.

Menurutnya, siswa tersebut mempertaruhkan jiwa dan raga untuk bisa sampai ke sekolah. Maka dari itu, mestilah menjadi bahan pemikiran bersama mulai dari level bawah sampai kepada level atas. Ketika hal itu terjadi, ia pun mempertanyakan status yang telah disandang oleh Kabupaten Cirebon sebagai kabupaten ramah anak. 

“Dari sisi mana Kabupaten Cirebon dinilai ramah anaknya, kalau anak-anak kita masih ada untuk mengenyam pendidikan saja terkendala dengan akses jalan seperti ini, taruhannya nyawa,” tegasnya, kesejumlah awak media, Kamis (9/9).

Sementara Rohatin warga sekitar mengharapkan segera diadakan jembatan. Karena selain siswa dari Blok Pelabuhan Desa Ciledug Wetan Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon yang membutuhkannya, warga Ciledug pada umumnya juga menginginkannya. Karena jembatan tersebut akan menjadi akses penghubung antara Blok Kebon Awi dengan Blok Pelabuhan. 

Rohatin juga memaparkan jangan hanya melihat siswa saja yang intens setiap hari harus melewati Sungai Cisanggarung, tetapi masyarakat umum juga membutuhkannya.

“Untuk sekarang ini memang yang sangat membutuhkannya anak-anak, karena kita mengkhawatirkan keselamatannya, manakala harus memutar, memerlukan kendaraan, sedangkan bagi yang tidak memilikinya, akses itu cukup jauh,” ucapnya.

Sementara itu, Guru SDN 2 Ciledugwetan, Faridah Hanura menjelaskan, ada sekitar 40 murid yang rumahnya berada di seberang Sungai Cisanggarung. Mereka terpaksa menerjang sungai tersebut untuk bisa sampai ke sekolah. 

\"Kami sangat memaklumi ketika ada anak yang tidak masuk sekolah, karena keadaan tersebut (tak ada jembatan,red). Terutama, musim penghujan. Tapi bila terus tak masuk sekolah, kasihan juga para murid akan tertinggal pelajaran,\" ujarnya.

Dirinya mengharapkan, pihak terkait membuatkan jembatan permanen. Agar, para murid dapat dengan nyaman saat melintasi sungai tersebut. 

\"Sudah puluhan tahun, masyarakat dan anak sekolah menyeberangi Sungai Cisanggarung tanpa jembatan. Kalau memutar harus menempuh jarak kisaran lima kilometer. Bagi yang memiliki kendaraan, tak ada masalah. Tapi, yang tak memiliki kendaraan, harus menantang maut di Sungai Cisanggarung, guna mencapai tempat tujuan,\" pungkasnya. (zen)
Tags :
Kategori :

Terkait