CIREBON - Idul Adha identik dengan daging kurban. Hari raya umat Islam yang jatuh setiap 10 Dzulkhijah itu juga dikenal dengan hari raya kurban. Tak heran kalau daging kurban banyak ditemui di masjid - masjid yang kemudian dibagikan ke masyarakat.
Daging kurban juga merupakan daging berkualitas baik. Karena berasal dari hewan pilihan yang kesehatannya dijamin. Untuk itu daging kurban kerap dimasak dengan resep - resep spesial.
Sayangnya, tak semua resep mengolah daging kurban diajurkan untuk kesehatan jangka panjang. Biasanya di Idul Adha persediaan daging kurban terbilang banyak. Sehingga orang bisa konsumsi daging kurban dalam jumlah lebih banyak pula.
Ketua Indonesian Chef Association (ICA) Chapter Ciayumajakuning, Chef Ramli menjelaskan, agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan, sebaiknya daging kurban dimasak dengan benar. Hal ini dilakukan agar selain enak dinikmati, daging kurban juga aman bagi kesehatan.
Misalnya, kata Ramli, konsumsi daging kurban dengan porsi kecil. Meski pun melimpah, konsumsi daging berlebihan justru tidak baik. Pasalnya, kemampuan usus manusia sangat terbatas. Sehingga hanya bisa mencerna daging sesuai kebutuhan dalam porsi tertentu saja.
\"Tips yang pertama porsi kecil, usahakan makan daging kambing atau sapi dengan porsi kecil. Agar bisa dicerna dengan mudah,\" ungkap Ramli kepada Rakyat Cirebon, kemarin.
Selain itu, kata dia, konsumsi daging juga harus diimbangi dengan sayuran. Daging yang banyak mengandung zat besi dan protein harus diimbangi dengan vitamin dan serat yang bisa didapatkan dari sayur dan buah.
Hal ini akan menjaga asupan nutrisi dalam tubuh tetap seimbang. \"Kombinasikan dengan konsumsi sayur, tujuannya supaya seimbang,\" jelasnya.
Selain itu, kata dia, teknik pemasakan daging kurban juga harus sesuai. Biasanya, saat Idul Adha tingkat konsumsi daging akan meningkat. Oleh karena itu, daging sebaiknya dimasak dengan teknik tertentu.
Ramli menuturkan, ketimbang dimasak tumis atau goreng, daging kurban lebih baik dibuat sate atau sup. Alasannya, kadar lemak dalam daging alan bertambah ketimbang digoreng atau ditumis.
Sedangkan, daging yang dibuat sate justru lemaknya akan terbakar sehingga kadar lemak akan berkurang. Begitu juga dimasak sup, lemak dalam daging akan meleleh pada suhu panas.
\"Daging lebih baik di masak di sate atau sup. Kalau digulai kadar lemak akan bertambah dengan adanya bumbu seperti penambahan santan. Setelah makan daging hindari minuman manis,\" tuturnya.
Ia mengatakan, minum air hangat setelah makan daging sangat dianjurkan. “Tujuannya, agar lemak daging tidak mengkristal saat dicerna tubuh,” imbuhnya. (wan)