SEBAGAI salah satu lumbung padi nasional, keberadaan Kabupaten Indramayu begitu penting dalam menjaga ketahanan pangan di Indonesia. Pasalnya, daerah yang terletak di pesisir Pantura, Jawa Barat itu punya potensi besar di sektor pertanian.
Sayangnya, potensi besar Indramayu di sektor agraris tak berbanding lurus dengan kesejahteraan petaninya. Buktinya, tak sedikit anak muda di Indramayu meminati sektor pertanian sebagai mata pencaharian.
Hasilnya, sektor pertanian malah tidak dianggap sebagai lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Meskipun lapangan kerja di sektor ini menyerap sebagian besar tenaga kerja produktif.
Hal inilah yang membuat sektor pertanian Indramayu kian terpuruk. Sebagian tenaga kerja produktif justru memilih menjadi pekerja urban atau TKI di luar negeri.
Fenomena tersebut menarik perhatian Duniawati. Mahasiswi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) IAIN Cirebon itu menilai, ada hal yang harus dibenahi agar anak muda Indramayu, terutama yang lahir dari kalangan petani, tidak enggan menjadi petani. Karena besarnya potensi di sektor ini jika dikelola dengan baik.
\"Indramayu dulunya lumbung padi, sekarang banyak tenaga kerja jadi TKI. Padahal kerja di pertanian itu bagus. Indramayu urutan nomor dua pertanian di Indonesia, setelah Lombok Timur,\" ungkapnya kepada Rakyat Cirebon, kemarin.
Lahir dari anak petani Indramayu, Nia, sapaan akrabnya, mengamati, selama ini, belum ada upaya serius dalam mengelola hasil pertanian di Indramayu. Hal itu dapat dilihat dari monopoli penyerapan hasil panen oleh beberapa pihak saja. Belum ada mekanisme pasar yang dapat dimanfaatkan petani untuk menjual hasil panen dengan harga bagus.
Kebanyakan petani Indramayu justru masih mengandalkan jasa tengkulak dalam penyerapan hasil panen. Parahnya, harga jual padi juga digantungkan pada tengkulak, bukan dari hasil hitung biaya tanam, perawatan sampai dengan pemanenan. Sehingga petani hanya mencicpi sedikit saja keuntungan dari hasil panen.
Nia berharap, akan ada regulasi yang jelas untuk menyerap hasil panen dengan harga yang pantas. Supaya petani tidak hanya dijadikan sapi perah untuk mewujudkan ambisi pemerintah terciptanya swasembada pangan, melainkan menjadi penggerak ekonomi berbasis pertanian.
\"Harapannya petani harus diberi penyuluhan, untuk marketingnya supaya nggak mengandalkan tengkulak aja untuk pemasarannya. Supaya harga stabil dan adil bagi petani,\" tutup Nia. (wan)