Prediksi Pasangan Cabup Kuningan, Rana-Edo, Acep-Toto, dan MR-Udin

Jumat 25-08-2017,14:00 WIB

KUNINGAN - Sejak jauh-jauh hari sejumlah pengamat dan pemerhati politik sudah menyampaikan prediksi untuk Pilkada Kuningan tahun 2018 akan berlangsung tak jauh berbeda dengan Pilkada sebelumnya. 
Kana Kurniawan. dok. Rakyat Cirebon
Dari sekian banyak bakal calon bupati/wabup yang sudah bergerilya di masyarakat, diprediksi pada Pilkada 2018 nanti hanya akan ada maksimal 3 pasangan calon, yakni Rana Suparman-M Ridho Suganda (Edo), H Acep Purnama-dr Toto Taufikurohman Kosim, dan HT Mamat Robby Suganda (MR)-H Udin Kusnaedi. 

Pengamat politik Kuningan, Kana Kurniawan SHI MHum, memberikan pandangan atau analisa politiknya untuk Pilkada Kuningan 2018 hanya akan diikuti maksimal 3 pasangan Cabup/Cawabup. 

Bahkan ia sudah menyebutkan ketiga pasangan yang bakal muncul itu yakni Rana Suparman-M Ridho Suganda (Edo), H Acep Purnama-dr Toto Taufikurohman Kosim, dan HT Mamat Robby Suganda (MR)-H Udin Kusnaedi.

“Saya pikir kalau prediksi itu harus sesuai dengan analisa yang dilakukan, jangan prediksi yang berdasarkan pesanan. Saya Insya Allah berdasarkan analisa, memprediksi maksimal akan ada 3 pasangan cabup-cawabup pada Pilkada Kuningan tahun 2018. Pertama ada Rana berpasangan dengan Edo, kedua Acep berpasangan dengan dr Toto, dan ketiga ada MR yang berpasangan dengan H Udin Kusnaedi,” sebut Kana, kemarin (23/8).

Dalam analisanya, Kana mengatakan pasangan Rana-Edo yang saat ini mencuat ke publik, terlebih balihonya dimana-mana bergandengan, dipandang sebagai pasangan cabup/cawabup di luar dugaan. PDI Perjuangan menurutnya cukup dikenal sebagai partai yang mengedepankan politik kerakyatan. 

Masuknya Edo ke PDI Perjuangan sebagai putra H Aang Hamid Suganda dan mendiang Hj Utje Ch Suganda dan kemudian diprediksi akan diusung sebagai cawabup mendampingi cabup Rana, akan meruntuhkan PDIP dalam perspektif publik sebagai parpol moderat. 

“PDIP ini punya SDM unggulan. Tapi dengan adanya Edo, PDIP malah jadi terkesan mempertahankan politik dinasti. Kalau Rana oke. Dia Ketua DPC PDIP dan Ketua DPRD. Nah, Edo ini orang baru istilahnya, belum punya pengalaman kepemimpinan. Ia ibarat bis yang didriver oleh orang lain. Tentunya akan terlalu berat jika dipaksakan. Bagi PDIP bisa juga suaranya akan terpecah oleh loyalis Acep yang telah lama berkomunikasi dan membangun aliansi dengan ormas maupun masyarakat. Kalau prediksi saya benar Rana berpasangan dengan Edo, ini pilihan berat bagi PDIP,” katanya.

Selanjutnya, untuk pasangan Acep-Toto, menurutnya pasangan ini punya point tambahan. Acep misalnya, ia mengatakan mantan Ketua DPC PDIP sekaligus mantan Ketua DPRD Kuningan tersebut sampai saat ini masih ada dalam ingatan masyarakat Kuningan. 

Dalam pilihan, berdasarkan analisanya, pemilih di Kabupaten Kuningan biasanya lebih memilih figur yang paling dikenal sedang memimpin (incumbent, red). 

“Mereka kurang tertarik dengan pilihan-pilihan figur baru, apalagi asing. Tinggal bagaimana konsolidasi dan soliditas sayap timses bekerja di kantung PKB dan NU saja. Kan sekarang dr Toto sudah berada dalam barisan PKB dan NU,” ujar Kana.

Sedangkan untuk pasangan MR-Udin, menurut Kana pilihan Partai Demokrat tentu harus bisa bernegosiasi dengan masanya Yosa Octora Santono. 

Amin Santoso yang merupakan ayah Yosa maupun Yosanya sendiri sebagai Balonbup, juga saat ini pamornya sedang naik. 

Bilapun benar MR akan berpasangan dengan Udin, maka akan ada tarikan antara Yosa yang didukung penuh oleh Amin dengan kubu MR bila memang masih berada dalam barisan Demokrat.

“Andai MR didukung penuh Demokrat dan Golkar, ini bisa menghidupkan kembali simpul-simpul saat dulu MR nyalon. Ia bahkan bisa meyakinkan muslim tradisionalis dan para cendekiawan Kuningan. Jadi, MR punya plusnya telah dikenal dulu sebagai Cawabup,” terangnya. 

Terkait isu MR kini sudah loncat dari Demokrat ke Gerindra, Kana mengatakan kabar tersebut sungguh mengejutkan. Kendati demikian, menurutnya dalam politik jika ada kader loncat pagar atau loncat partai itu adalah hal biasa. Yang jelas menurutnya, Gerindra yang hanya memiliki 4 kursi di DPRD, tidak bisa mengusung satu paket, tetap saja harus berkoalisi dengan partai lain.

“Loncat pagar atau apapun itu manuvernya, andai ini (MR loncat pagar, red) benar, Gerindra di DPRD Kuningan kan hanya mempunyai empat kursi, tidak cukup kalau hanya 4 kursi untuk mengusung. MR harus punya mesin timses yang canggih, harus punya tim militan yang bisa mensinergikan Demokrat, Gerindra, dan PAN juga dengan PKS. Strategi lain, MR misalnya harus bisa menggandeng Demiz (Dedy Mizwar) dalam pemenangan Pilgub Jabar yang dikenal religius, budayawan dan santun,” tandas Kana yang juga Sekjen PP Pemuda PUI asal Ciawigebang itu. (muh)
Tags :
Kategori :

Terkait