KEJAKSAN – Sepekan setelah Lebaran, sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) jalan Wahidin Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon mengalami penumpukan. Hal tersebut disebabkan tidak ada pengangkutan dari dinas terkait.
Ditambah lagi pengangkutan dari pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon terkadang mengalami keterlambatan dalam pengangkutan.
Salah satu petugas gerobak pengangkut sampah dari RW 08, Agung (65) mengatakan, biasanya sampah tidak sebanyak dan menumpuk seperti ini. Karena pengangkutan sampah oleh pihak terkait dilakukan dua kali dalam sehari.
Mungkin karena setelah lebaran, jadi masyarakat yang membuang sampah pun semakin banyak. Jumlah sampah saat ini mengalami peningkatan. Sampai-sampai dua bak yang disediakan di sini terisi penuh dan menumpuk juga di bagian luarnya.
Selain setelah lebaran, kata dia, hal ini juga dipicu karena petugas sampah dari pihak terkait beberapa hari ini tidak melakukan pengangkutan. Katanya, sudah sering banyak komplen dari kantor-kantor yang berada di sekitar TPS tersebut karena bau tidak sedap.
Pihaknya sebagai petugas gerobak pengangkut sampah dari RW-RW yang membuang sampah di tempat tersebut, enggan disalahkan. Karena, ada pihak terkait yang bertanggungjawab atas pengangkutan bak-bak sampah di TPS tersebut.
Setiap RW itu masing-masing ada dua petugas dan dua gerobak pengangkut sampahnya yang beroperasi ke rumah-rumah warga. “Namun, bila ada kerusakan gerobak, tetap kami sendiri yang harus mengeluarkan biaya untuk memperbaikinya. Walaupun demikian, kami tetap bekerja sesuai dengan tanggungjawab kami,” ungkap Agung, Jumat (30/6).
Senada Wadi (30), petugas gerobak pengangkut sampah lain dari RW 01 mengaku, bahwa dirinya bersama petugas gerobak pengangkut sampah yang lain tidak seperti biasanya melihat sampah yang begitu banyak dan menumpuk.
Karena sampah yang tertampung di tempat tersebut ketika penuh atau sudah banyak biasanya langsung dilakukan pengangkutan dengan truk pengangkut sampah dari DLH. Sebelum sampah-sampah diangkut, biasanya saya pilah terlebih dulu. Misalnya, sampah bekas minuman botol, kaleng, kertas-kertas, dan kardus-kardus.
“Selain jadi petugas gerobak pengangkut sampah di TPS ini, saya juga mengumpulkan barang-barang bekas yang ada nilai jualnya. Lumayan buat tambah-tambah pendapatan, karena yang didapatkan dari setiap rumah warga yang sampahnya diangkut sekitar lima ribu sampai dengan sepuluh ribu perbulannya,” ungkapnya kemarin ke Rakyat Cirebon.
“Sangat disayangkan jika TPS di sini keadaannya seperti ini. Artinya, jangan sampai sampah dibiarkan menumpuk terlalu lama, yang nanti keadaan terlihat semakin kumuh dan menimbulkan aroma tidak sedap kemana-mana. Karena merupakan fasilitas umum, masyarakat juga harus memanfaatkannya dengan baik dan benar, jangan membuang sampah main lempar dari kendaraannya saja, sehingga terkadang sampahnya tidak masuk ke bak malah berserakan kemana-mana,” imbuh Wadi saat ditemui di tempat tersebut. (dam)