Penjual Jamu Plus Kepergok Anaknya yang Masih Bau Kencur

Kamis 06-04-2017,08:00 WIB

BERCERAI karena faktor ekonomi, tidak lantas bisa mengatasi persoalan. Setelah perceraian pun, masalah ekonomi justeru menjadi masalah yang harus dipecahkan. Seorang perempuan di Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, rela menjual “jamu plus” kepada pelanggannya, demi bisa memenuhi kebutuhan hidup kedua anaknya.

Ilustrasi penjual jamu kepergok anak sendiri. image by jpnn.com
Kehidupan keluarga Tono (35) dan Tini (30), warga Kadipaten, Kabupaten Majalengka, awalnya berjalan lancar, Meski tergolong sebagai keluarga sederhana, namun keduanya terlihat  romantis dan bahagia. Apalagi suah ada dua buah hati mereka yang lucu. Pelengkap kebehagiaan.

Namun prahara mulai muncul sejak anak pertamanya  masuk bangku SMP dan adiknya masuk sekolah dasar. Kebutuhan hidup semakin besar, membuat Tini kerap uring-uringan karena sang suami Tono tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari.

Justru saat genting seperti itu, Tono tidak bisa berbuat banyak. Maklum penghasilannya sebagai buruh serabutan tak mampu menutupi beban kehidupan keluarganya. Yang ada setiap hari Tono dan Tini terlibat cekcok hingga akhirnya berpisah. Keduanya sepakat untuk bercerai dan kedua anaknya ikut Tini.

Perceraian itulah tampaknya menjadi awal petaka bagi Tini. Pasalnya selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia juga harus menutupi kebutuhan kedua anaknya yang ditinggalkan oleh Tono. Dengan terpaksa dan harus membuang rasa malu jauh-jauh, Akhirnya untuk bertahan hidup, Tini menjadi penjual jamu gendong. Lewat usaha dan kerja kerasnya itu, lambat laun persoalan ekonomi keluarganyabisa teratasi, Dapurpun tetap bisa ngebul dan kedua anaknya bisa sekolah.

Penjualan jamu Tini laku keras, Rupanya ada yang unik dari sistem jualan jamu gendong yang dilakukan Tini. Ternyata eh ternyata, selain menjual jamu pegal linu, encok, beras kencur, Tini juga menjual jamu kuat perkasa plus  dengan membuka  tester dari jamu kuat perkasanya.

Suatu hari, seperti biasa selain ia berjualan di pagi hari hingga siang hari, Tini pun berjualan sore hari hingga larut malam. Yang menjadi sasaran tidak lain adalah kost-kostan yang ada di sekitar Kadipaten dan Majalengka.  

Biasa selain membawa beras kencur, ia juga membawa jamu kuat. Suatu ketika saat Tini tengah berjualan, si bungsu yang tinggal di rumah bersama kakaknya  merengek minta jajan. Sang kakak yang merasa iba dengan adiknya berusaha menenangkan adiknya, namun ternyata upayanya itu gagal. 

Akhirnya si sulung  pamit pada adiknya untuk mencari ibunya untuk meminta uang jajan. Setelah mengayuh sepeda si sulung  akhirnya mulai mencari keberadaan ibunya di tempat biasa ia menjajakan jamu. Selang beberapa jam akhirnya anak pertamanya itu menemukan bakul jamu ibunya yang tergeletak di teras salah satu kos-kosan di daerah Majalengka.

Si Sulung  pun masuk untuk mencari ibunya. Tanpa sengaja kamar kos tersebut terbuka sedikit pintunya. Dan celaka dua belas, saat ia mengintip dari balik pintu kos yang terbuka itu, ternyata ibunya terlihat tengah mempraktekan khasiat jamu kuat perkasanya dengan si penghuni kos. 

Dengan hati yang hancur dan sedikit marah, akhirnya si sulung berteriak memanggil ibunya. Kontan saja Tini langsung belingsatan dan bergegas meminta bayaran kemudian keluar dan mengejar anaknya yang sudah pulang dengan sepedanya.

Sesampainya di rumah akhirnya Tini meminta maaf kepada kedua anaknya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan bejatnya itu. Ia mengaku perbuatan itu dilakukan demi membesarkan dan membiayai ledua anaknya. 

Alhamdulilah kini Tini sudah tidak berjualan jamu lagi, dan sekarang memilih nuka warung kelontong di rumah, meski kecil kecilan tapi mampu mencukupi kebutuhan kedua anaknya, dan mampu menjaga kedua anaknya,” terang Edi tetangga Tini kepada Rakyat Majalengka. (pai) 


Tags :
Kategori :

Terkait