Pemdes Weru Sudah Ajukan di Musrenbang tapi Tak Diakomodir
WERU – Hujan deras yang terus mengguyur Cirebon membuat Suripto (47), warga Blok Kligung Desa Setu Kulon Kecamatan Weru merasa was-was. Pasalnya, rumah miliknya tepat berada di bibir Sungai Cipager yang rawan longsor. Rumah sederhana yang didiami Suripto bersama dengan keluarganya terlihat tidak kokoh. Selain itu, bahaya longsor juga bakal mengancam karena kondisi bibir Sungai Cipager yang terus tergerus arus saat hujan lebat.
“Rasa was-was campur gemetar selalu menghantui kalau cuaca hujan seperti ini. Ditambah lagi kalau Sungai Cipager ini meluap. Lantas mau pindah kemana orang gak ada tempat lagi selain di sini,” kata Suripto, Jumat (20/1)
Dikatakan bapak paruh baya yang berprofesi sebagai pengayuh becak ini, dirinya harus menghidupi ke empat anak dan dua cucunya.
“Penghasilan ngebecak sehari, saya hanya dapat kadang Rp40 ribu sampai Rp50 ribu saja. Buat makan aja susah apalagi buat bikin senderan tanah samping kayaknya gak mungkin,” keluhnya.
Sementara itu, Kuwu Desa Setu Kulon Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, Yosef Anandi mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk Suripto.
Menurut Yosef, anggaran desa yang tidak begitu besar tidak mungkin bisa untuk memperbaiki senderan.
Pihaknya hanya mengandalkan pemerintah daerah agar segera melakukan tindakan.
“Kita, desa sudah mengupayakan yaitu mengajukan pada musrenbang kecamatan tahun lalu, tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda,” kata Yosef saat meninjau kondisi rumah Suripto.
Diakuinya, pada saat pengajuan musyawarah pembangunan (musrenbang) tingkat kecamatan, pihak Dinas PSDAP saat itu meninjau langsung lokasi.
“Kondisi rumah ini harus segera ditangani karena sudah sangat memprihatinkan dan sangat membahayakan. Diharapkan segeralah untuk direalisasikan penyanderaan di Sungai Cipager ini supaya tidak memakan korban,” ungkapnya. (ari)
WERU – Hujan deras yang terus mengguyur Cirebon membuat Suripto (47), warga Blok Kligung Desa Setu Kulon Kecamatan Weru merasa was-was. Pasalnya, rumah miliknya tepat berada di bibir Sungai Cipager yang rawan longsor. Rumah sederhana yang didiami Suripto bersama dengan keluarganya terlihat tidak kokoh. Selain itu, bahaya longsor juga bakal mengancam karena kondisi bibir Sungai Cipager yang terus tergerus arus saat hujan lebat.
“Rasa was-was campur gemetar selalu menghantui kalau cuaca hujan seperti ini. Ditambah lagi kalau Sungai Cipager ini meluap. Lantas mau pindah kemana orang gak ada tempat lagi selain di sini,” kata Suripto, Jumat (20/1)
Dikatakan bapak paruh baya yang berprofesi sebagai pengayuh becak ini, dirinya harus menghidupi ke empat anak dan dua cucunya.
“Penghasilan ngebecak sehari, saya hanya dapat kadang Rp40 ribu sampai Rp50 ribu saja. Buat makan aja susah apalagi buat bikin senderan tanah samping kayaknya gak mungkin,” keluhnya.
Sementara itu, Kuwu Desa Setu Kulon Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon, Yosef Anandi mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk Suripto.
Menurut Yosef, anggaran desa yang tidak begitu besar tidak mungkin bisa untuk memperbaiki senderan.
Pihaknya hanya mengandalkan pemerintah daerah agar segera melakukan tindakan.
“Kita, desa sudah mengupayakan yaitu mengajukan pada musrenbang kecamatan tahun lalu, tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda,” kata Yosef saat meninjau kondisi rumah Suripto.
Diakuinya, pada saat pengajuan musyawarah pembangunan (musrenbang) tingkat kecamatan, pihak Dinas PSDAP saat itu meninjau langsung lokasi.
“Kondisi rumah ini harus segera ditangani karena sudah sangat memprihatinkan dan sangat membahayakan. Diharapkan segeralah untuk direalisasikan penyanderaan di Sungai Cipager ini supaya tidak memakan korban,” ungkapnya. (ari)