HARJAMUKTI - Diduga menyalahi aturan, sebuah bangunan yang direncanakan untuk show room cuci mobil ambruk ke sungai di jalan pramuka depan Petilasan Kalijaga Kota Cirebon.
Ambruknya bangunan tersebut karena pondasi bangunan menindih senderan sungai yang hanya berjarak puluahn centi meter dari bibir sungai.
Tak kuat menopang beban di atasnya, senderan sungai akhirnya ambruk sehingga bangunan di atasnya juga roboh.
Sebagian material ambruknya bangunan yang masih dalam tahap pengerjaan itu tercebur ke sungai dan berpotensi menghambat laju aliran sungai.
Warga setempat khawatir jika material bangunan tidak segera diangkat dapat menimbulkan banjir saat hujan datang.
Pasalnya, lokasi ambruknya bangunan tepat disimpul pertemuan dua arus sungai. Sehingga volume air suatu saat bisa naik.
Saat kejadian, lokasi sungai sedang ramai oleh para pemancing. Beruntung, tanda-tanda ambruknya bangunan diketahui pekerja, sehingga pemancing yang berada di sisi sungai tepat berada di bawah bangunan dapat menyelamatkan diri.
Ketua RT 8 RW 3 Kelurahan Kalijaga, Pupung alias Soleh menjelaskan, ambruknya bangunan yang sudah menelan biaya Rp180 juta itu diawali putusnya sambungan belis rangka atap.
Bunyi yang begitu keras, membuat pekerja langsung menghentikan pekerjaanya untuk menghindari kecelakaan.
Seketika, pemancing yang ada di sekitar bangunan berlarian untuk menyelamatkan diri.
\"Awalnya ada pekerja ngasih tau ada besi putus bunyinya pletak kenceng banget. Terus ngasih tau orang mancing jangan di bawah karena temboknya sudah retak, jadi nggak ada korban jiwa,\" ungkapnya kepada Rakcer, kemarin.
Badan bangunan baru benar-benar ambruk pada Selasa (3/1) siang. Sontak, hal tersebut menarik perhatian warga yang sedang melintas. \"Ambruknya kemarin, jam 2 siang,\" kata Pupung.
Meski tak memakan korban jiwa, Pupung menyayangkan limpahan badan bangunan yang jatuh ke sungai.
Selain berpotensi sungai meluap, tanah tanah yang digunakan untuk mengurug bangunan juga sangat rentan terbawa air hujan.
\"Soalnya bangunannya di atas sungai, pondasi tinggi banget jadi senderan sungai nggak kuat nahan beban di atasnya. Ditambah, tanah hasil arugannya itu kan kalo hujan ke sungai lagi. Kami sih pengennya segera diangkat biar nggak menghambat aliran sungai,\" pungkasnya. (wan/mgg)
Ambruknya bangunan tersebut karena pondasi bangunan menindih senderan sungai yang hanya berjarak puluahn centi meter dari bibir sungai.
Tak kuat menopang beban di atasnya, senderan sungai akhirnya ambruk sehingga bangunan di atasnya juga roboh.
Sebagian material ambruknya bangunan yang masih dalam tahap pengerjaan itu tercebur ke sungai dan berpotensi menghambat laju aliran sungai.
Warga setempat khawatir jika material bangunan tidak segera diangkat dapat menimbulkan banjir saat hujan datang.
Pasalnya, lokasi ambruknya bangunan tepat disimpul pertemuan dua arus sungai. Sehingga volume air suatu saat bisa naik.
Saat kejadian, lokasi sungai sedang ramai oleh para pemancing. Beruntung, tanda-tanda ambruknya bangunan diketahui pekerja, sehingga pemancing yang berada di sisi sungai tepat berada di bawah bangunan dapat menyelamatkan diri.
Ketua RT 8 RW 3 Kelurahan Kalijaga, Pupung alias Soleh menjelaskan, ambruknya bangunan yang sudah menelan biaya Rp180 juta itu diawali putusnya sambungan belis rangka atap.
Bunyi yang begitu keras, membuat pekerja langsung menghentikan pekerjaanya untuk menghindari kecelakaan.
Seketika, pemancing yang ada di sekitar bangunan berlarian untuk menyelamatkan diri.
\"Awalnya ada pekerja ngasih tau ada besi putus bunyinya pletak kenceng banget. Terus ngasih tau orang mancing jangan di bawah karena temboknya sudah retak, jadi nggak ada korban jiwa,\" ungkapnya kepada Rakcer, kemarin.
Badan bangunan baru benar-benar ambruk pada Selasa (3/1) siang. Sontak, hal tersebut menarik perhatian warga yang sedang melintas. \"Ambruknya kemarin, jam 2 siang,\" kata Pupung.
Meski tak memakan korban jiwa, Pupung menyayangkan limpahan badan bangunan yang jatuh ke sungai.
Selain berpotensi sungai meluap, tanah tanah yang digunakan untuk mengurug bangunan juga sangat rentan terbawa air hujan.
\"Soalnya bangunannya di atas sungai, pondasi tinggi banget jadi senderan sungai nggak kuat nahan beban di atasnya. Ditambah, tanah hasil arugannya itu kan kalo hujan ke sungai lagi. Kami sih pengennya segera diangkat biar nggak menghambat aliran sungai,\" pungkasnya. (wan/mgg)