Hindari Kerugian Besar, Pedagang Terpaksa Bekukan Daging
MAJALENGKA - Komoditas daging ayam sepi peminat meskipun harganya terus turun dalam sepekan terakhir.
Di beberapa pasar tradisional Kabupaten Majalengka, para pedagang membanderol seharga Rp31 ribu hingga Rp32 ribu per kilogram atau turun sebesar Rp3 ribu hingga Rp4 ribu per kilogram.
Meski harga daging ayam mengalami penurunan, namun tidak mampu mengerek tingkat penjualan.
Menurut salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Jatitujuh, Herti (30), harga daging ayam diperkiarakan akan terus turun mencapai Rp30 ribu per kilogram jika pembelinya belum kembali normal.
“Kalau kurang dari Rp30 ribu per kilogram, kami pedagang bisa rugi. Soalnya harga pembelian dari pemasok masih tinggi. Kalau pagi sampai siang saya menjual Rp35 ribu per kilogram. Menjelang sore turun lagi seribu rupiah. Daripada tidak habis mendingan dijual murah sedikit,” ucapnya.
Herti mengaku, omzet penjualannya turun drastis. Dari 60 kilogram per hari menjadi 40-45 kilogram per hari.
Ia berharap, harga dari pemasok pun ikut turun agar beban pedagang berkurang.
“Kalau untuk berhenti jualan tidak mungkin, saya sudah jualan lebih dari 10 tahun. Mudah-mudahan saja pembelinya banyak lagi. Saya tidak berani jualan daging yang dibekukan,” katanya.
Sementara itu, pedagang ayam potong lainnya, Eli (45) mengaku hanya bisa menjual tak lebih dari 20 kilogram per hari.
Jumlah tersebut turun sekitar 60 persen jika dibandingkan dengan omzet saat menjual dengan harga Rp36 ribu per kilogram.
“Sekarang saya jual Rp32 ribu per kilogram. Pembelinya lagi sepi, stok 60 kilogram daging baru habis dalam dua hari jualan,” ujar Eli di Pasar Jatitujuh, Kecamatan Jatitujuh, Rabu (3/8).
Lebih lanjut dia menjelaskan, peminat daging ayam mulai berkurang sejak pekan keempat Juli 2016.
Menurut dia, banyak pedagang mengurangi persediaan daging untuk menghindari risiko rugi lebih besar.
Eli juga mengaku, terpaksa membekukan daging ayam yang tak habis dijual untuk dijajakan sehari berikutnya.
“Kalau lebih dari sehari saya tidak berani. Soalnya kualitas daging jadi jelek,” ucapnya.
Dia tak mengetahui pasti penyebab turunnya peminat daging ayam.
Bukan hanya pembeli baru, pelanggan tetap pun mulai mengurangi jumlah pembeliannya.
“Saya punya pelanggan lebih dari 20 orang. Ada dari ibu rumah tangga ada juga pedagang masakan. Kalau hanya mengandalkan pembeli sepintas mungkin saya juga tak bisa jual lebih dari 10 kilogram,” katanya.(hsn)
MAJALENGKA - Komoditas daging ayam sepi peminat meskipun harganya terus turun dalam sepekan terakhir.
Di beberapa pasar tradisional Kabupaten Majalengka, para pedagang membanderol seharga Rp31 ribu hingga Rp32 ribu per kilogram atau turun sebesar Rp3 ribu hingga Rp4 ribu per kilogram.
Meski harga daging ayam mengalami penurunan, namun tidak mampu mengerek tingkat penjualan.
Menurut salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Jatitujuh, Herti (30), harga daging ayam diperkiarakan akan terus turun mencapai Rp30 ribu per kilogram jika pembelinya belum kembali normal.
“Kalau kurang dari Rp30 ribu per kilogram, kami pedagang bisa rugi. Soalnya harga pembelian dari pemasok masih tinggi. Kalau pagi sampai siang saya menjual Rp35 ribu per kilogram. Menjelang sore turun lagi seribu rupiah. Daripada tidak habis mendingan dijual murah sedikit,” ucapnya.
Herti mengaku, omzet penjualannya turun drastis. Dari 60 kilogram per hari menjadi 40-45 kilogram per hari.
Ia berharap, harga dari pemasok pun ikut turun agar beban pedagang berkurang.
“Kalau untuk berhenti jualan tidak mungkin, saya sudah jualan lebih dari 10 tahun. Mudah-mudahan saja pembelinya banyak lagi. Saya tidak berani jualan daging yang dibekukan,” katanya.
Sementara itu, pedagang ayam potong lainnya, Eli (45) mengaku hanya bisa menjual tak lebih dari 20 kilogram per hari.
Jumlah tersebut turun sekitar 60 persen jika dibandingkan dengan omzet saat menjual dengan harga Rp36 ribu per kilogram.
“Sekarang saya jual Rp32 ribu per kilogram. Pembelinya lagi sepi, stok 60 kilogram daging baru habis dalam dua hari jualan,” ujar Eli di Pasar Jatitujuh, Kecamatan Jatitujuh, Rabu (3/8).
Lebih lanjut dia menjelaskan, peminat daging ayam mulai berkurang sejak pekan keempat Juli 2016.
Menurut dia, banyak pedagang mengurangi persediaan daging untuk menghindari risiko rugi lebih besar.
Eli juga mengaku, terpaksa membekukan daging ayam yang tak habis dijual untuk dijajakan sehari berikutnya.
“Kalau lebih dari sehari saya tidak berani. Soalnya kualitas daging jadi jelek,” ucapnya.
Dia tak mengetahui pasti penyebab turunnya peminat daging ayam.
Bukan hanya pembeli baru, pelanggan tetap pun mulai mengurangi jumlah pembeliannya.
“Saya punya pelanggan lebih dari 20 orang. Ada dari ibu rumah tangga ada juga pedagang masakan. Kalau hanya mengandalkan pembeli sepintas mungkin saya juga tak bisa jual lebih dari 10 kilogram,” katanya.(hsn)