KEJAKSAN – Banyaknya hari libur pada Juli ini, membuat transaksi di berbagai cabang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning) mengalami penurunan.
Pasalnya, sepanjang Juli ini, masa kerja aktif BPR se wilayah III Cirebon hanya dua minggu saja.
Ketua Persatuan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Cirebon, Mukmin mengatakan, intensitas transaksi nasabah yang menurun pada Juli, juga berakibat pada penurunan peminjaman uang oleh nasabah BPR.
Bahkan, kata dia, debitur kredit pun, menurun hingga 50 persen. “Padahal per Januari hingga Juni debitur naik 30 persen, meski kenaikanya fluktuatif,” ungkap Mukmin, kemarin.
Untuk itu, sebagai salah satu upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk melakukan pinjaman dan di BPR, pihaknya akan terus mengenalkan masyarakat tentang berbagai program BPR yang sedang berjalan.
“Antisipasinya, kami kenalkan produk-produk ke masyarakat,” katanya.
Salah satu yang menjadi keunggulan BPR dibanding dengan bank-bak lain, ujar Mukmin, terletak pada pelayanannya yang lebih mengutamakan kedekatan dengan nasabah.
“BPR itu andalkan kedekatan pelayanan aja, karena masyarakat itu butuh bukan bunga, namun layanan yang tidak berbelit-belit,” katanya.
Sementara, kata dia, Juni kemarin, pinjaman uang di BPR mengalami lonjakan hingga 30 persen. Dari jumlah total dana Rp8 miliar yang disiapkan, Rp7 miliar berhasil diserap debitur untuk berbagai keperluan.
Mukmin menilai, hal tersebut terjadi seiring dengan banyaknya kebutuhan untuk anak sekolah bagi debitur. “Perbandingannya, untuk anak sekolah itu prosentasinya 30 sampai 40 persen,” paparnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Humas Perbarindo, Agus Heru Sajugro menegaskan, penurunan debitur di BPR Ciayumajakuning juga berimbas pada penurunan kinerja pegawai.
“Sebagian besar BPR yang kreditnya turun, kinerjanya juga menurun. Kami berharap Agustus nanti sudah kembali stabil, kalau tidak kami lakukan perbaikan kinerja,” ungkapnya.
Di samping itu, kata dia, trend ekonomi yang masyarakatnya cenderung menengah ke bawah membuat pinjaman penarikan dana dari BPR juga tidak berkembang pesat.
“Trend ekonomi masyarakat menengah ke bawah tidak ada usaha baru, karena pelakunya monoton,” katanya.
Hal demikian, ujar Agus, merupakan tantangan bagi BPR untuk mengedukasi masyarakat agar bisa melakukan pengelolaan keuangan dengan baik.
“Tantangan BPR itu melayani masyarakat untuk mengedukasi masyarakat untuk bisa mengelola keuangan rumah tangga yang baik,” pungkasnya. (wan/mgg)
Pasalnya, sepanjang Juli ini, masa kerja aktif BPR se wilayah III Cirebon hanya dua minggu saja.
Ketua Persatuan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Cirebon, Mukmin mengatakan, intensitas transaksi nasabah yang menurun pada Juli, juga berakibat pada penurunan peminjaman uang oleh nasabah BPR.
Bahkan, kata dia, debitur kredit pun, menurun hingga 50 persen. “Padahal per Januari hingga Juni debitur naik 30 persen, meski kenaikanya fluktuatif,” ungkap Mukmin, kemarin.
Untuk itu, sebagai salah satu upaya untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk melakukan pinjaman dan di BPR, pihaknya akan terus mengenalkan masyarakat tentang berbagai program BPR yang sedang berjalan.
“Antisipasinya, kami kenalkan produk-produk ke masyarakat,” katanya.
Salah satu yang menjadi keunggulan BPR dibanding dengan bank-bak lain, ujar Mukmin, terletak pada pelayanannya yang lebih mengutamakan kedekatan dengan nasabah.
“BPR itu andalkan kedekatan pelayanan aja, karena masyarakat itu butuh bukan bunga, namun layanan yang tidak berbelit-belit,” katanya.
Sementara, kata dia, Juni kemarin, pinjaman uang di BPR mengalami lonjakan hingga 30 persen. Dari jumlah total dana Rp8 miliar yang disiapkan, Rp7 miliar berhasil diserap debitur untuk berbagai keperluan.
Mukmin menilai, hal tersebut terjadi seiring dengan banyaknya kebutuhan untuk anak sekolah bagi debitur. “Perbandingannya, untuk anak sekolah itu prosentasinya 30 sampai 40 persen,” paparnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Humas Perbarindo, Agus Heru Sajugro menegaskan, penurunan debitur di BPR Ciayumajakuning juga berimbas pada penurunan kinerja pegawai.
“Sebagian besar BPR yang kreditnya turun, kinerjanya juga menurun. Kami berharap Agustus nanti sudah kembali stabil, kalau tidak kami lakukan perbaikan kinerja,” ungkapnya.
Di samping itu, kata dia, trend ekonomi yang masyarakatnya cenderung menengah ke bawah membuat pinjaman penarikan dana dari BPR juga tidak berkembang pesat.
“Trend ekonomi masyarakat menengah ke bawah tidak ada usaha baru, karena pelakunya monoton,” katanya.
Hal demikian, ujar Agus, merupakan tantangan bagi BPR untuk mengedukasi masyarakat agar bisa melakukan pengelolaan keuangan dengan baik.
“Tantangan BPR itu melayani masyarakat untuk mengedukasi masyarakat untuk bisa mengelola keuangan rumah tangga yang baik,” pungkasnya. (wan/mgg)