CIREBON - Sejarah memang selalu memberikan kita pelajaran. Sejarah juga membuat kita berani menatap masa depan. Sejarah merupakan sisi lain dibalik terciptanya sebuah peradaban. Sebagai salahsatu wilayah yang merupakan pertemuan dari berbagai budaya dan keyakinan, Cirebon tentu memiliki segudang cerita sejarah.
Dari beribu-ribu cerita tentang sejarah Cirebon, salahsatunya terdapat di desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon. Disana terdapat pusara salahsatu tokoh yang sangat berpengaruh di dan bagi Cirebon, yakni makam Mbah Kuwu Sangkan.
Menurut warga setempat, Tohir, yang mengetahui persis sejarah makam Mbah Kuwu ada tiga orang.
Yakni dirinya dan dua temannya. Ketiga orang tersebut mengalami kecacatan yang berbeda. “Ada Johari yang tuna rungu dan almarhum Warsina yang tidak bisa berjalan. Namun, dari kecacatan tersebut masing-masing memiliki kelebihan,” jelasnya.
Tohir sendiri merupakan seseorang yang tidak bisa melihat. Namun ia bisa merasakan gerak-gerik orang di sekelilingnya. \"Tokoh yang lebih dikenal dengan nama mbah Kuwu Sangkan ini lahir pada tahun 625 masehi. Ia adalah putra mahkota raja Padjajaran, yakni Prabu Siliwangi hasil pernikahannya dengan Nyai Subang Larang,” tuturnya.
Lanjutnya, mbah Kuwu Sangkan terlahir tiga bersaudara, yakni mbah Kuwu Sangkan sendiri, Raden Kiansantang, beserta Nyai Rarasantang. Sebagai putra mahkota, mbah Kuwu mewarisi sifat kepemimpinan ayahandanya.
Hal ini terbukti dari pencapaiannya yang berhasil menduduki tahta kerajaan Cirebon (sekarang Kasepuhan-red.), dan beliau merupakan raja yang pertama. \"Mbah Kuwu itu tiga bersaudara, ada beliau, Kiansantang dan Rarasantang. Dia juga menjadi raja Cirebon pertama di kasepuhan\", jelasnya.
Menurut tohir, perjuangan mbah Kuwu membangun Cirebon dan menyebarkan Islam dimulai pada usianya yang ke 25 tahun. Ia mulai berdakwah, hingga mencapai puncaknya saat ia menduduki singgasana kerajaan Cirebon, dari situ ia memiliki kekuatan untuk memperluas wilayah dakwahnya.
Semasa hidup, mbah Kuwu memiliki dua istri, yakni Nyi Endang Golis dan Nyai Ratna Lilis. Dari pernikahannya dengan Nyi Endang Golis dianugrahi keturunan Nyi Pakung Wati yang kelak menjadi salahsatu pendamping Syekh Syarif Hidayatullah.
Syekh Syarif Hidayatullah sendiri merupakan putra dari Nyai Rarasantang, adik mbah Kuwu Sangkan. Sedangkan dari pernikahannya dengan Nyai Ratna Lilis dianugrahi seorang putra bernama Pangeran Abdurrokhman.
\"Mulai bangun daerah yang sekarang di sebut cirebon saat usianya 25, hingga ia jadi raja pertama. Mbah Kuwu ini punya dua istri, dari masing-masing istri punya satu keturunan,”, lanjutnya.
Menurutnya, mbah Kuwu Sangkan mempunyai lima nama. yakni Pangeran Cakrabuana, Walang Sungsang, Syekh Somadullah, Syekh Haji Abdul Iman dan Mbah Kuwu Sangkan sendiri.
“Ada beberapa hewan yang disukai mbah Kuwu Sangkan, yakni kucing Candra Mawa, Macan Samba, dan Kebo Dongkol Bule Karone. Ketiga hewan tersebut diyakini sudah punah dan sekarang menurut kepercayaan orang setempat ketiga hewan itulah yang menjaga makam Mbah Kuwu,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, bentuk dari ketiga hewan tersebut dapat dilihat pada patung-patung hewan yang ada di sekitar lokasi makam.
\"Mbah kuwu punya lima nama, ia juga punya hewan peliharaan, ada tiga, nanti liat aja patungnya di depan, konon ketiga hewan itu hingga kini masih ada disini dan memnjaga makam Mbah Kuwu,\" lanjutnya.
Ia menambahkan, Mbah kuwu menetap di daerah Talun sampai akhir hayatnya pada tahun 694 Masehi. “Hingga kini makamnya tak pernah sepi pengunjung,” pungkasnya. (sep/mgg)