Mengenal Sejarah dan Tren Kopi di Indonesia: Dari Kolonial Hingga Budaya Nongkrong Anak Muda

Mengenal Sejarah dan Tren Kopi di Indonesia: Dari Kolonial Hingga Budaya Nongkrong Anak Muda

Sejarah dan Tren Kopi di Indonesia: Dari Kolonial Hingga Budaya Nongkrong Anak Muda. Ilustrasi Foto: freepik -Istimewa-Istimewa

RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Setiap 1 Oktober, dunia punya satu perayaan kecil yang aromanya bisa bikin siapa pun ingin menyeruput. Hari itu dikenal sebagai Hari Kopi Internasional. Perayaan ini bukan sekadar soal minuman hitam pekat di cangkir, melainkan cara menghargai perjalanan panjang kopi. Dari kebun di dataran tinggi, tangan petani yang sabar merawat, sampai akhirnya berpindah ke meja kita.

Perayaan ini resmi diumumkan pada 2015 oleh International Coffee Organization (ICO) di Milan. Sebelumnya, banyak negara sudah punya “hari kopi nasional” sendiri. Tapi sejak 1 Oktober ditetapkan, semuanya menyatu jadi satu momentum global: merayakan kopi bersama-sama.

Berikut ini sejarah dan tren kopi di Indonesia: Dari Kolonial Hingga Budaya Nongkrong Anak Muda.

Awal Mula Kopi di Indonesia

Kalau bicara sejarah kopi di Indonesia, ceritanya memang panjang. Semua berawal pada 1696, ketika Belanda membawa bibit arabika dari Yaman ke Batavia. Percobaan pertama gagal karena banjir. Beberapa tahun berselang mereka mencoba lagi kali ini di tanah Jawa, dan berhasil. Dari sinilah kopi Jawa mulai dikenal luas hingga ke Eropa. Istilah “A Cup of Java” pun lahir, menandai reputasi kopi asal Indonesia di mata dunia.

Kejayaan biji kopi kala itu beriringan dengan cerita kelam di baliknya. Karena pada abad ke-18 hingga ke-19, Sistem tanam paksa membuat petani lokal kopi bekerja keras demi keuntungan penjajah.

Dari Arabika ke Robusta

Keberhasilan arabika tak bertahan lama. Jelang akhir abad ke-19, banyak perkebunan arabika rusak akibat hama penyakit. Belanda lalu memperkenalkan robusta, varietas kopi yang lebih tangguh menghadapi iklim tropis. Sejak saat itu robusta mendominasi. Hingga kini, sekitar 80 persen produksi kopi Indonesia berasal dari bibit kopi robusta.

Tetapi bibit kopi arabika tidak hilang, terbukti di dataran tinggi seperti Gayo, Toraja, dan Flores masih lahir biji-biji kopi spesial, yang dengan cita rasa unik masih tetap diperhitungkan di dunia.

Fakta Ilmiah di Balik Secangkir Kopi

Kopi bukan hanya soal rasa atau aroma, tapi juga sains. Penelitian dari Harvard pada 2021 menemukan kopi punya lebih dari seribu senyawa bioaktif. Kafein jelas jadi yang paling populer, karena bisa bikin mata melek dan pikiran lebih fokus. Tapi ada juga polifenol yang berperan sebagai antioksidan, membantu tubuh melawan radikal bebas.

Banyak riset modern menyebut, minum kopi dalam jumlah wajar justru baik untuk kesehatan. Dari menjaga jantung tetap bugar sampai mengurangi risiko diabetes tipe 2. Jadi, secangkir kopi bukan hanya teman ngobrol, tapi juga punya manfaat nyata.

Tren Kopi di Era Modern

Kalau dulu kopi identik dengan ritual pagi atau sore, sekarang ceritanya jauh lebih luas. Coffee shop menjamur di berbagai kota. Tak cuma di Jakarta atau Bandung, bahkan di kota-kota kecil yang dulu jarang ada kafe. Data Statista mencatat, industri coffee shop di Indonesia tumbuh rata-rata 6,5 persen tiap tahun.

Brand lokal macam Kopi Kenangan, Janji Jiwa, sampai kedai kecil independen ikut meramaikan. Nongkrong di kafe kini bukan hanya soal minum kopi, tapi juga tentang identitas: tempat bertemu, tempat kerja, bahkan tempat cari inspirasi.

Generasi muda juga mengubah cara minum kopi. Kopi literan dan kopi botolan kini jadi hal biasa. Euromonitor melaporkan segmen kopi siap minum tumbuh 11 persen tiap tahun. Varian pun makin beragam: rendah gula, susu nabati, sampai kopi untuk diet khusus. Praktis, cepat, dan cocok dengan ritme hidup masa kini.

Fenomena Kopi Keliling dan Specialty Coffee

Ada tren lain yang unik: kedai kopi keliling. Motor atau mobil yang dimodifikasi jadi kafe mini kini mudah ditemui di sekitar kampus, stasiun, atau taman kota. Fleksibel, dekat dengan konsumen, dan ada unsur kejutan—hari ini ada di sini, besok pindah ke sana.

Sementara itu, bagi pecinta kopi serius, single origin jadi primadona. Kopi Gayo yang floral, Toraja yang earthy, hingga Flores Bajawa yang fruity, semuanya punya karakter sendiri. Menurut Specialty Coffee Association, Indonesia masuk 10 besar produsen specialty coffee dunia. Artinya, kopi kita bukan hanya soal volume, tapi juga kualitas yang diakui global.

Indonesia di Peta Kopi Dunia

Sumber: