Warga Kubangdeleg Terganggu Bau Sampah, DLH Diminta Serius Tangani Masalah TPAS
BAU MENYENGAT. Dampak pembongkaran TPAS Kubangdeleg menyebabkan bau menyengat, DLH diminta serius menangani masalah TPAS. FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--
CIREBON, RAKYATCIREBON.DISWAY.ID – Warga di sekitar Kubangdeleg resah. Pasalnya, bau sampah menyengat dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Kubangdeleg, Kecamatan Karangwareng, Kabupaten Cirebon. Sudah berlangsung lebih dari dua pekan terakhir.
Warga menilai, lambannya respons pemerintah daerah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon, membuat persoalan ini terus berlarut. Padahal, aspirasi telah disampaikan berkali-kali tidak ditindaklanjuti secara serius.
Sebagian warga mendesak agar TPAS ditutup sementara, hingga sistem pengelolaan sampah dibenahi. “Setiap hari kami harus mencium bau busuk. Anak-anak dan orang tua mulai mengeluh sakit kepala dan mual. Kami hanya ingin solusi nyata, bukan janji,” ujar Titi Sumanti, salah seorang warga Kubangdeleg, Senin (20/10).
Menurut Titi, warga tidak serta-merta menuntut penutupan permanen TPAS. Penekanannya agar ada perbaikan tata kelola sampah. Ia juga menyebutkan beberapa pemuda desa telah menghadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) pengelolaan sampah.
"Sayangnya hingga kini belum ada hasil yang dirasakan," katanya.
Padahal, sudah berulang kali. Ini kesekian kalinya setelah TPAS beroperasi sejak 2023 lalu. Dulu lanjut Anggota DPRD Kabupaten Cirebon periode 2019-2024, warga sempat melakukan aksi pemblokiran. Kini terulang lagi.
Memang, kata dia ada skema kompensasi ditawarkan kepada warga. Per KK, nilainya sebesar Rp200 ribu. Dicairkan per tahun sekali. Kini, warga sudah jengah. Tak mau lagi menerima kompensasi itu.
"Yang terdampak itu, ada tiga Desa. Desa Karanganyar, Kubangdeleg, dan Jatipiring sekarang mereka sudah tidak mau menerima kompensasi," tukasnya.
"Karena kompensasi juga tidak langsung diberikan kepada warga. Penerimanya pihak desa. Informasinya tahun lalu itu dibuatkan untuk taman. Tapi mangkrak. Makanya sekarang warga jengah, tak mau menerimanya. Tak ada manfaatnya," lanjutnya.
Terpisah, Kadis DLH Kabupaten Cirebon, Dede Sudiono melalui Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan, Yanto, menjelaskan bahwa aroma tidak sedap muncul akibat aktivitas pembongkaran tumpukan sampah lama yang dilakukan di TPAS.
“Pembongkaran sampah memang menyebabkan bau menyebar. Tapi saat ini proses tersebut sudah selesai dan kami akan melakukan penyemprotan dengan cairan E4 untuk menekan bau,” jelas Yanto saat dikonfirmasi.
Namun, penjelasan tersebut dinilai belum cukup menenangkan warga. Banyak yang mempertanyakan mengapa tindakan preventif tidak dilakukan sejak awal, mengingat masalah bau sampah bukan kali pertama terjadi di wilayah itu.
Selain mengganggu kenyamanan, warga juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan. Terutama bagi anak-anak dan lansia yang lebih rentan terhadap pencemaran udara.
Beberapa warga bahkan mulai mempertimbangkan kembali aksi protes jika tidak ada perubahan signifikan. “Kami tidak ingin suasana memanas lagi. Tapi kalau terus dibiarkan, jangan salahkan warga kalau turun ke jalan,” kata Titi tegas.
Masyarakat berharap DLH Kabupaten Cirebon segera turun langsung ke lapangan. Mengevaluasi kondisi pengelolaan TPAS secara menyeluruh. Warga juga meminta adanya kejelasan mengenai standar operasional yang diterapkan, agar kejadian serupa tidak terus berulang. (zen)
Sumber: