Hanya Dua Jam, Orang Bisa Menjadi Teroris

Hanya Dua Jam, Orang Bisa Menjadi Teroris

WASPADA. Lakpesdam NU Indramayu menyelenggarakan sarasehan membahas paham keagamaan transnasional yang mengancam harmonisasi keberagaman bangsa. Paham gerakan Islam transnasional dinilai mulai mengakar di masyarakat.--

RAKYATCIREBON.ID, INDRAMAYU-Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Indramayu memandang penting menyikapi tantangan keberagaman di Indonesia. 

Sebagai upaya memberikan pemahaman dan bagian dari solusinya, pada Selasa (31/5) lalu digelar sarasehan bertajuk NU dan Paham Keagamaan Transnasional.

Kegiatan ini dilaksanakan berkaitan dengan paham gerakan Islam transnasional yang mulai mengakar di masyarakat dan menjadi tantangan keberagamaan di Indonesia. 

Bahkan, hal ini kerap menjadi ancaman harmonisasi keberagaman bangsa. Karena gerakan tersebut lebih suka bertengkar daripada berkelakar, lebih suka memaki daripada memberi solusi, dan lebih suka berbeda daripada bersama-sama.

Dalam sarasehan yang bertempat di Pondok Pesantren I'anatul Mubtadiin, Desa Dukuh, Kecamatan Indramayu ini, menghadirkan pembicara KH Lukman Hakim dari Babakan, Cirebon dan Ketua Lakpesdam NU Indramayu, Dr Ahmad Faozan MPd. 

Sedangkan pembahasannya berdasarkan perspektif kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah karya KH Hasyim Asy'ari, dan kitab Hujjah Ahlussunnah Wal Jamaah karya KH Ali Maksum.

Menurut Ahmad Faozan, Indonesia yang multikultur adalah blessing in disguise dan tak banyak dimiliki negara bangsa lain. Ragam etnis, budaya, dan agama tersebar di berbagai wilayah. 

Keunikan budaya hampir dimiliki setiap wilayah. Kondisi ini menuntut penguatan wawasan keberagamaan yang moderat di Indonesia.

Untuk itu, masyarakat diajak agar bersama-sama terus meningkatkan wawasan keberagaman di tengah kondisi saat ini yang semakin merebaknya paham dan gerakan transnasional. 

“Adanya dua kitab karya ulama besar NU tersebut menjadi bukti tertulis peran NU dalam mengawal model keberagamaan yang moderat sejak awal,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, KH Lukman Hakim menyatakan sepakat terhadap pernyataan Ahmad Faozan. 

Menurutnya, ciri khusus yang mudah ditebak dari paham dan gerakan transnasional yang merusak, adalah mengabaikan kearifan lokal dan meninggalkan tradisi. 

“Kelompok ini sudah melakukan sosialisasi, kaderisasi dan hingga berupaya merebut kekuasaan. Mereka sudah menguasai di sektor-sektor strategis. Misalnya, di lembaga-lembaga keuangan, BUMN, dan lainnya,” terang dia.

Dia mengatakan, gerakan tersebut secara umum terbagi dua, yakni gerakan sayap jihadi dan gerakan salafi. “Hanya dua jam, orang bisa dicuci otaknya menjadi teroris, ini sangat berbahaya,” ungkapnya.

Sumber: