Warga Majalengka Ini Punya Istri Orang Belanda, Anak-anak Pilih Warga Indonesia, Tinggal di Bandung

Warga Majalengka Ini Punya Istri Orang Belanda, Anak-anak Pilih Warga Indonesia, Tinggal di Bandung

Bambang Iryanto (kiri) menceritakan kisahnya yang berbeda Negara dengan sang istri, yang memilih menjadi warga Negara Belanda. FOTO: ISTIMEWA/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, MAJALENGKA - Ada kisah menarik yang dialami Bambang Iryanto (65) warga Karyamukti Kecamatan Panyingkiran, yang rela untuk tetap tinggal dan menjadi warga Indonesia meski istrinya Ratna Jati memilih tinggal di Kota Arnhem dan menjadi warga negara Belanda.

Kisah ini diungkapkan Bambang yang juga masuk keluarga besar Kramat Jati saat berkunjung ke Radar Majalengka, Selasa (7/3). Dia mengaku sebelumnya tinggal di Kudus dan menikahi seorang gadis keturunan Belanda Indonesia bernama Ratna Jati, 40 tahun lalu.

Saat itu dirinya lulus kuliah di Satya Wacana Salatiga, dan dari pernikahanya itu dikaruniai dua orang putra yang kini lebih memilih menjadi warga Indonesia dan tinggal di Bandung.

Banyak suka dan dukanya menjalankan pernikahan beda negara, dimana dia mengaku sangat jarang bisa bertemu dan berkumpul bersama keluarga terutama dengan istrinya. Dalam setahun, kata dia mungkin bisa dihitung dengan jari.

Biasanya satu tahun sekali jika tidak dia yang datang ke Belanda, istrinya yang berkunjung ke Indonesia. Dengan biaya perjalanan sekitar 15 hingga 20 juta satu kali pemberangkatan, dengan jarak tempuh mencapai 14 sampai 15 jam pesawat.

Dari hasil diskusi tersebut terungkap beberapa hal menarik, diantaranya mengenai perbedaan kebudayaan dan tradisi antara di Indonesia dan di Belanda. Salah satunya terkait ketertiban dan kebersihan, dimana tingkat kebersihan dan ketertiban di Belanda jauh lebih baik dibandingkan di Indonesia. Termasuk mengenai persoalan tatanan hukum dan lainnya.

Salah satu contohnya, di Belanda jika ada orang berhutang maka orang yang memberi piutang tersebut tidak perlu repot menagih. Sebab persoalan penagihan akan langsung dilakukan pemerintah, termasuk jika terjadi penarikan aset dan lainnya.

“Contoh lain misalnya seorang sopir bus di Belanda setiap 2 jam diwajibkan untuk beristirahat sekitar 1 jam. Jika ada sopir yang memaksa, maka sanksinya adalah larangan menjadi sopir bus seumur hidup,” paparnya.

Praktisi pertanahan tersebut menambahkan, di bidang pendidikan warga juga tidak perlu dipusingkan biaya sekolah anak. Sebab semua biaya pendidikan termasuk jaminan keluarga dan lainnya akan langsung diberikan oleh negara.

Namun Indonesia kata dia lebih unggul di bidang cuaca dan kekayaan alam, di mana di Indonesia cuacanya sangat bagus dan memiliki potensi alam terbaik. Bahkan kekayaan alam Indonesia saat ini sebutnya bisa menjadi paling baik di dunia.

“Kalau di sensus di Belanda,  warga Indonesia yang ada di sana cukup banyak, bahkan bisa di urutan kedua atau ketiga setelah warga pribumi Belanda dan Jerman. Rata-rata mereka adalah warga keturunan yang dibawa Belanda saat jaman penjajahan. Bahkan bahasa Indonesia juga masih sering digunakan,” ucapnya.

Yang paling unik di Belanda kata dia, setiap 1 tahun sekali akan ada kegiatan pasar malam yang lokasinya di Den Haag selama 40 hari yang akan menjadi pusat kegiatan pertemuan para warga keturunan Indonesia.

“Saya sangat senang dan mencintai Indonesia, sehingga saya lebih memilih untuk tetap tinggal di Majalengka dan tidak di Belanda bersama istri saya,” pungkasnya. (*)

Sumber: