Kesaksian Putra Buya Hamka: Meski Dizalimi, Ayahnya Tidak Dendam kepada Soekarno dan M Yamin

Kesaksian Putra Buya Hamka: Meski Dizalimi, Ayahnya Tidak Dendam kepada Soekarno dan M Yamin

Salahsatu putra guru bangsa H Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Buya Afif Hamka menceritakan sepenggal kisah perselisihan Buya Hamka dengan beberapa lawan politiknya. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH--

RAKYATCIREBON.ID, KESAMBI - Kisah perjuangan seorang guru bangsa, yang menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, yakni H Abdul Malik Karim Amrullah, atau dikenal dengan Buya Hamka, diangkat dalam sebuah film dan mulai rilis saat Lebaran lalu.

Penggalan-penggalan kisah perjuangan Buya Hamka digambarkan dalam film tersebut, meskipun terbatas, dan tentu tidak merepresentasikan kisah secara menyeluruh.

Namun setidaknya, banyak kisah-kisah perjuangan yang bisa kita teladani dari cerita yang digambarkan dalam film yang dibagi kedalam tiga sesi tersebut.

Usai menghadiri acara di Yayasan Siti Chodidjah Cirebon, Kesambi, Senin (15/05), salahsatu Putra Buya Hamka, Buya Afif Hamka berkenan diwawancarai, dan bersedia menceritakan sepenggal kisah kehidupan ayahandanya, yang tidak semuanya digambarkan dalam film yang digarap Sutradara Fajar Bustomi tersebut.

Diceritakan Buya Afif, sebagai putra, ia bangga karena kisah hidup dan perjuangan ayahandanya bisa menjadi inspirasi banyak orang, sampai ditampilkan secara visual dalam bentuk film.

"Saya bangga, karena beliau menjadi guru bangsa, dan kita bersyukur, diantara jutaan rakyat Indonesia, Allah mengirimkan seorang tokoh bernama Hamka. Dengan beredarnya film itu, kita bersyukur, bahwa tokoh itu menjadi teladan bagi jutaan bangsa Indonesia, terutama bagaimana ia berjuanh, kan saat ini baru satu, ada dua seri lagi," ungkap Buya Afif.

Dalam kesempatan tersebut, Buya Afif juga menceritakan beberapa kisah yang tidak semuanya digambarkan dalam film produksi Falcon Pictures tersebut.

Diantaranya, Buya Afif menceritakan hubungan antara Buya Hamka, dengan dua musuh politiknya kala itu, sampai-sampai, meminjam bahasa Buya Afif, Buya Hamka didzalimi oleh lawan politiknya.

"Bahkan, Beliau mengajarkan kepada kita bangsa Indonesia, dia itu hubungannya dengan Soekarno misalnya, bagaimana seorang Soekarno, yang dipuja oleh seluruh bangsa Indonesia, mendzalimi dia, mendzalimi Hamka, mendzalimi kami sekeluarga. Saya merasakan betul bagaimana kami didzalimi Soekarno, bagaimana Buya Hamka dijebloskan ke penjara gara-gara berbeda pemikiran politik, kalau anda tahu, majalah yang diterbitkan Buya Hamka, dilarang, dibredel, buku-bukunya dilarang, itu kan nafkah kami sekeluarga, kami benar-benar disengsarakan. Saya merasakan, saya masih SMP ketika itu, merasakan sekali bagaimana orang ini begitu kejam," tutur Buya Afif dengan penuh penghayatan.

Lepas dari berbagai hukuman yang dijatuhkan oleh Soekarno terhadap Hamka, masih Buya Afif melanjutkan kisahnya, singkat cerita saat itu rezim orde lama runtuh, dan dimulai orde baru dibawah pimpinan Soeharto.

"Eh begitu ganti rezim, orde lama tumbang, orde baru naik, rupanya, belum ada di film itu, ternyata Hamka diminta Soekarno mengimami jenazahnya, dan Buya Hamka bersedia, saya saat itu termasuk yang melarang ayah," ujar Buya Afif.

Selain Soekarno, lawan politik lain, yang berseberangan dengan Buya Hamka, dan diceritakan Buya Afif, adalah hubungan ayahandanya dengan Mohammad Yamin, yang keduanya sama-sama berdarah Minang.

"Beliau juga bertolak belakang pemikiran politik dengan Mohammad Yamin, saat itu di Parlemen, M Yamin itu musuh politik ayah, tapi saat keluarga Yamin meminta Hamka untuk menjenguk Yamin yang sakit, ayah datang," ucap Buya Afif.

Yang paling tidak bisa ia lupakan, dari perselisihan ayahandanya dengan Mohammad Yamin, kata Buya Afif, saat akhir hidupnya, jenazah Mohammad Yamin ditolak oleh masyarakat untuk dikebumikan di kampung halamannya, karena Yamin terang-terangan menolak gerakan yang berasal, dan didukung oleh warga Minang.

Sumber: