Pedagang Ayam Unjuk Rasa, Harga Masih Meroket, Idul Adha Bisa Tanpa Opor Nih...
Puluhan kendaraan operasional pengangkuat ayam terparkir di kawasan Bima, karena para pedagangnya mogok berjualan imbas harga yang terua meroket. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Ini persoalan serius. Ancaman kelangkaan daging ayam dan makanan olahan seperti opor ayam, bakal terjadi di Cirebon dan sekitarnya.
Kelangkaan daging yang satu ini juga akan terjadi ketika hari raya Idul Adha. Ibu rumah tangga pun gusar akan terjadinya kelangkaan daging ayam tersebut. Sebab, daging ayam adalah sumber makanan yang paling disukai dan gampang mencarinya.
“Jika ayam langka, kita mau makan daging apa? Daging sapi sangat mahal. Dan tidak semua orang suka daging sapi,” ungkap Sutini, ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar Argasunya ini.
Dia mengungkapkan kalau keluarganya sebagian besar menyukai daging ayam. Daging sapi dan kambing itu hanya untuk selingan.
“Daging sapi atau kambing mah, kadang hanya setengah bulan sekali. Tapi kalau daging ayam harus punya stok setiap hari,” ungkapnya.
Bagaimana kalau daging ayam langka dan mahal, dia pun sangat keberatan. “Kalau naik, kita mau makan apa lagi. Daging sapi sudah mahal, sekarang ayam juga mahal,” jelas dia.
Dia juga menyebutkan jika dalam beberapa hari ini daging ayam memang sudah mengalami kenaikan. Tapi di pasaran masih bisa dijumpai salah satu sumber protein hewani ini.
“Kalau langka sih belum ya. Tapi kalau harga naik sudah terjadi. Mungkin pedagang masih banyak stok,” ungkapnya lagi.
Apakah ketika Lebaran Idul Adha tetap mengonsumsi daging ayam? Dia menjelaskan, ayam masih sangat dibutuhkan. Walau banyak daging korban, baik sapi atau kambing.
“Tidak semua suka makan daging sapi atau kambing. Bahkan ada yang pantangan karena penyakit. Tapi kalau ayam hampir semua menyukai,” ungkapnya lagi.
Seperti telah diberitakan, ada potensi terjadi kelangkaan daging ayam di wilayah Cirebon dan sekitarnya sampai 3 hari ke depan. Ini dikarenakan rencana para pedagang mogok berjualan dan akan melakukan aksi demonstrasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Mulyana selaku perwakilan pedagang ayam di Kota Cirebon setelah berdialog dengan Indag Kota Cirebon.
Menurut Mulyana pertemuan dengan Indag belum menghasilkan keputusan yang mutlak dan final untuk para pedagang. "Tadi diteruskan ke P3T. Keputusan mutlak belum ada," katanya kepada wartawan.
Lebih lanjut Mulyana menjelaskan rencana selanjutnya dari para pedagang. Yaitu, melakukan aksi unjuk rasa tiga hari berturut-turut.
"Temen-temen mau melaksanakan demo tiga hari. Tapi menunggu perizinan dari Polres (Ciko) dan Polresta," ungkapnya.
Mulyana juga mengatakan, rencana mogok dagang selama tiga hari dari 26 Juni sampai 29 Juni akan dibicarakan kembali dengan rekan-rekannya sesama pedagang ayam. "Mau dirundingi lagi sama (pedagang) Kabupaten nih," terangnya.
Sebelumnya, massa dari Seduluran Pedagang Ayam Wilayah III Cirebon melakukan aksi demonstrasi di Kawasan Stadion Bima, Kota Cirebon. Namun aksi demonstrasi tersebut belum mengantongi izin dari dari Polres Cirebon Kota.
Sehingga hanya dihadirkan perwakilan DKUKMPP Kota Cirebon untuk mendengarkan aspirasi dari pedagang. Perwakilan pedagang menyatakan, aksi demo dilaksanakan karena mereka sudah tidak sanggup lagi.
Harga ayam sudah terlalu lama mahal selama 2 bulan terakhir. "Dari 27 ribu sekarang sudah ke 40 ribu," kata salah seorang pedagang ayam.
HARGA MAHAL
Imbas dari terus meroketnya harga daging ayam di pasaran, Senin (26/06) kemarin, para pedagang ayam melakukan aksi protes dengan mogok massal.
Aksi protesnya, dilakukan dengan mogok berdagang, dan para pedagang se-wilayah III Cirebon, sengaja mogok massal dan memarkirkan armada operasional pengangkut ayam boiler di kawasan Olahraga Bima.
Tak hanya pedagang, terus naiknya harga komoditas daging ayam, juga disikapi tegas oleh para broker dan suplier yang biasa mendistribusikan komoditas ke pasar-pasar rakyat.
"Ini merupakan aksi mogok jualan sebagai respon tingginya harga ayam di pasaran, khususnya di pasar wilayah III Cirebon," demikian disampaikan Koordinasi aksi, Mulyana kepada sejumlah awak media.
Dijelaskan Mulyana, harga daging ayam mulai meroket sejak dua bulan yang lalu, dimana saat ini, harga daging ayam di pasar sudah diatas Rp40 ribu untuk per kilogramnya.
"Harga ayam mahal itu sudah dua bulan terakhir, di pasar harganya ada yang Rp 39 ribu ada yang Rp 40 ribu," lanjut Mulyana.
Harga yang terus meroket tersebut, kata Mulyana, berimbas pada daya beli masyarakat yang mengalami penurunan signifikan, bahkan, sebagian pedagang memilih untuk tidak berjualan karena belanja modalnya terlalu tinggi.
"Tuntutan aksi, kami adalah turunkan harga ayam dan harga pakan," kata Mulyana.
Usia melakukan aksi mogok jualan dan berkumpul di kawasan Olahraga Bima, para pedagang pun melanjutkan aksinya dengan mendatangi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) untuk menyampaikan aspirasi.
Kepala DKUKMPP Kota Cirebon, Iing Daiman mengatakan, dalam merespon aspirasi yang disampaikan para pedagang, pihaknya pun tidak bisa melakukan intervensi harga, karena menurut analisa, meroketnya harga ayam, dipengaruhi oleh tingginya biaya operasional di peternak, seperti pembelian pakan dan operasional lainnya.
Belum lagi, kata Iing, problem harga ayam yang terus naik ini bukan hanya terjadi di Cirebon, melainkan di seluruh Indonesia, sehingga untuk kondisi di Cirebon, ia akan menyampaikan perkembangannya kepada pimpinan di tingkat yang lebih tinggi.
"Ini problem nasional, jadi penyelesaiannya juga harus menyeluruh. Kita tunggu satu sampai dua hari, mudah-mudahan kembali stabil," kata Iing. (*)
Sumber: