Akademisi dan Pengusaha Singapura Tengok Pendidikan Alternatif di Kabupaten Cirebon

Akademisi dan Pengusaha Singapura Tengok Pendidikan Alternatif di Kabupaten Cirebon

KUNJUNGAN. Kedatangan rombongan yang dipimpin Direktur Dialogue Centre Singapura, Mohamed Imran Mohamed Taib bertujuan untuk melongok penerapan pendidikan alternatif Sekolah Alam Wangsakerta bagi masyarakat miskin plosok dan putus sekolah di Cirebon. FOTO--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Rombongan yang terdiri dari dosen, peneliti, aktivis, jurnalis, pengusaha dan pelajar asal Singapura melawat ke Sekolah Alam Wangsakerta di Desa Setupatok, Mundu, Kabupaten Cirebon, belum lama ini.

Kedatangan rombongan yang dipimpin Direktur Dialogue Centre Singapura, Mohamed Imran Mohamed Taib itu bertujuan untuk menengok penerapan pendidikan alternatif bagi masyarakat miskin plosok dan putus sekolah di Cirebon.

"Ada 14 orang termasuk saya yang ke Wangsakerta. Kami datang dari latar yang berbeda, termasuk dosen, peneliti, aktivis, jurnalis, pengusaha dan siswa. Kami juga dari lembaga yang berbeda-beda. Saya sebagai direktur Dialogue Centre yang menyatukan mereka untuk studi lawat ini," ujar Imran.

Menurut Imran, ada sejumlah hal yang dibicarakan antara rombongan dan pengelola Sekolah Alam Wangsakerta, Wakhit Hasim dan Farida Mahri. Terutama terkait pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi masyarakat miskin.

"Kami membicarakan bagaimana pembangunan rural sering diabaikan sehingga membawa banyak masalah dan kesusahan kepada penduduk desa dan mereka yang miskin," katanya.

Ada pula topik lain yang dibahas antara lain permasalahan keamanan pangan, kerusakan lingkungan, serta mengelola jaringan sesama aktivis atau anak muda untuk meningkatkan kesadaran terkait persoalan sosial tersebut.

"Ini ditambah pula dengan kerosakan lingkungan sehingga membawa bencana dan menggugat food security untuk semua," jelasnya.

Menurut Imran, pihaknya banyak banyak belajar mengenai usaha Sekolah Alam Wangsakerta untuk menyelesaikan persoalan-persoalan itu melalui pendidikan alternatif yang fokus ke arah pembangunan desa dan merawat limgkungan.

"Kami juga tertarik bagaimana usaha ini menumpukan perhatian kepada empowerment terhadap golongan muda dan juga perempuan di desa-desa," tambahnya.

Pihaknya berencana melakukan lawatan lanjutan untuk belajar sekaligus sumbang pikiran terkait permasalahan sosial yang sedang ditangani oleh Sekolah Alam Wangsakerta.

"Oleh karena ini pertemuan pertama, saya mau melanjutkan lawatan seperti ini dan juga mengirim pelajar-pelajar dari Singapura untuk turut belajar dari usaha-usaha di daerah Wangsakerta," tambahnya.

Pendiri Sekolah Alam Wangsakerta, Farida Mahri menjelaskan, kunjungan rombongan dari Singapura bermanfaat bagi pengembangan jaringan pendidikan alternatif yang dikelolanya.

Sebab, Farida dapat menularkan konsep pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan lingkungan terdekat. Jangan sampai pendidikan justru menjauhkan warga belajar dengan realita yang terjadi.

Dia menambahkan, permasalahan pemerataan pendidikan, keamanan pangan, kerusakan lingkungan dan ekonomi kerakyatan harus diselesaikan dari level pendidikan. (wan)

Sumber: