Gus Eko Minta Pikirkan Juga Nasib Pekerja yang Produknya Diboikot karena Israel

Gus Eko Minta Pikirkan Juga Nasib Pekerja yang Produknya Diboikot karena Israel

Pengasuh Pondok Pesantren Tegalwangi Cirebon, Kiai Eko Ahmadi menilai boikot produk Israel bukanlah solusi tepat. FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--

Muncul Gerakan Boikot Produk Pendukung Israel

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON -- Majlis Ulama Indonesia (MUI) belum lama ini telah mengeluarkan fatwa haram terhadap produk dari produsen yang mendukung agresi militer Israel ke Palestina. Fatwa itu, dikeluarkan sebagai bentuk protes keras dari kaum muslim, kepada negara pendukung Israel.

Fatwa MUI no 83 tahun 2023 itu, ternyata mendapat respon dari beberapa pihak. Ada yang menolak, dan ada juga yang menyetujuinya. Salah satu yang memberikan dukungan itu disuarakan oleh ustadz kondang Adi Hidayat.

"Makanan-makanan dan barang-barang semua yang dijual dari sana, jangan dikonsumsi lagi. Jangan beli lagi. Laksanakanlah fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI," kata Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam akun Youtubenya.

Berbeda dengan UAH, pengasuh pondok pesantren Tegalwangi Cirebon, Kiai Eko Ahmadi, menegaskan dirinya tidak menyetujui fatwa MUI. Menurut Gus Eko--sapaan untuknya, memboikot produk-produk Israel bukanlah jalan keluar untuk mengatasi agresi militer Israel di Gaza.

“Pertama ketika kita berbicara tentang fatwa terhadap sebuah produk mau itu produk minuman, pasta gigi, kosmetik, dan segala macam, kalau saya sebagai ulama dan pengasuh pondok pesantren, fatwa itu boleh, tetapi harus diberikan solusi terhadap dampak dari fatwa itu," katanya.

“Kalau misalkan memboikot produk ya kita harus punya produk yang lain, sebagai pengganti dari yang diboikot. Yang kedua, harus juga ada solusi terkait dengan, misalkan seluruh pegawai yang ada dalam produk itu misal di PHK, mereka harus mencari makan dari mana? Jadi jangan hanya sekedar berfatwa tanpa memberikan solusi,” ujar Kiai yang akrab disapa Gus Eko, kemarin.

Gus Eko mengaku tak sepakat dengan Fatwa MUI No.83 Tahun 2023 karena ia lebih memikirkan nasib pekerja yang terdampak aksi boikot. Ia mencontohkan ada berapa banyak peternak, karyawan, dan pihak-pihak lain jika restoran McDonald diboikot.

“Kalau saya berpikir nasib pekerjanya, sampai peternaknya, misalkan ngomong McDonald, nah itu nasib pekerja, nasib peternak gimana? kalau saya sendiri sih harus memikirkan bagaimana dampak sosialnya. Benar-benar berpikir dengan bijak lah karena lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif, itu yang saya lihat,” tutur dia.

Mengenai himbauan untuk memakai produk alternatif, mantan pengurus Lesbumi PBNU itu mengatakan hal tersebut tetaplah bukan menjadi solusi.

“Kalau kayak gitu kan namanya kepentingan pasar, pasar. Memangnya contoh yang di McD, memang dia bukan pekerja kita, bukan Umat Islam kita. Samasama kok," katanya.

Ketimbang melakukan boikot produk, Gus Eko memilih untuk mengajak umat dan jamaahnya untuk lebih sering berdoa untuk rakyat Palestina seperti yang selalu diserukan para ulama Nahdlatul Ulama bahwa jika ada sesuatu yang genting, maka diinstruksikan untuk melakukan Qunut Nazilah setiap Salat Subuh.

“Bedoa untuk saudara-saudara kita yang mengalami perang atau bencana, karena kemampuan kita di situ. Kita ini jangan mengurusi yang jauh, yang dekat aja masih belum selesai. Kita lupa dengan tetangga kita yang masih belum bisa makan padahal dia muslim juga,” seru Gus Eko.

Meski menolak Fatwa MUI, Gus Eko menegaskan bahwa dirinya tetap mengutuk agresi Israel di Gaza yang sudah mengorbankan banyak korban.

“Kalau soal kemanusiaan, ini terlepas dari agama apapun, maka Israel seperti itu ya saya sangat mengutuk. Masa nyawa manusia gak ada harganya. Tapi caranya beda-beda kita mengutuknya ada yang dengan doa dan boikot,” pungkasnya. (zen)

Sumber: